Kerja sama bisa menjadi hal yang menyenangkan bagi anak dan banyak manfaatnya,
hanya saja tidak semua anak secara natural bisa bekerja sama, sehingga perlu
peran penting dari orangtua. Hendaknya orangtua mengenalkan anak sejak dini
pada aktivitas kerja sama.
Mengapa Kerja Sama Itu Penting?
Anak-anak yang memiliki keterampilan kerja sama yang bagus biasanya memiliki
peluang kesuksesan yang lebih besar di masa depan, disamping juga aktivitas
kerja sama akan memberikan pengalaman tersendiri untuk anak.
Menurut survei Pew Research Center, kerja sama adalah salah satu keterampilan
terpenting yang dibutuhkan anak-anak untuk sukses di zaman modern saat ini,
sehingga orangtua punya kewajiban untuk mengenalkan anak pada aktivitas kerja
sama.
Bergaul dan terlibat dengan orang lain adalah fondasi penting di dalam
kehidupan, kata psikolog anak, Claire Halsey .
“Sejak usia muda, anak-anak perlu belajar bagaimana memberi dan menerima,
berbagi, bergiliran, bermain dengan kekuatan mereka dan menarik orang lain
untuk mengisi kekosongan. Ini adalah keterampilan sosial inti.”
Belajar kerja sama sebagai bagian dari tim akan membantu anak mengasah banyak
keterampilan sosial seperti kesabaran, empati, komunikasi, menghormati orang
lain, toleransi dan kompromi. Ini juga membantu anak mengembangkan rasa
percaya diri dan kepercayaan pada orang lain.
Hanya saja para ahli menjelaskan bahwa anak kecil pada dasarnya egois,
terutama anak-anak yang usianya di bawah 4 tahun. Hal ini berarti masih normal
jika anak-anak pada awalnya mengalami kesulitan dalam kerja sama tim. Setelah
berusia 4 tahun, sebagian besar anak mulai dapat memberi dan menerima, berbagi
dengan sesama, dan menunjukkan empati terhadap anak lain.
Setelah anak masuk SD, biasanya ada kerja kelompok yang akan mengasah
keterampilan kerja sama, anak-anak yang lebih mampu akan membantu anak-anak
yang mengalami kesulitan dalam tugas. Lalu ada juga olahraga tim seperti sepak
bola, basket, voli dll.
1. Masukan anak ke dalam kegiatan bersama, misalnya masukan anak Anda
dalam kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan kolaborasi secara berkelompok,
ini menjadi cara bagus untuk mengajari anak tentang nilai kerja sama, terutama
pada keluarga dengan satu anak. Kuncinya adalah mendaftarkan anak pada
kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Misalnya olahraga sepak bola, basket,
voli, pramuka, outbound berkelompok, dll.
2. Bangun kerja sama di rumah, ada banyak cara untuk melatih
keterampilan kerja sama anak di rumah. Misalnya bersama-sama mengerjakan
pekerjaan rumah, memasak bersama, bermain LEGO dan banyak lain.
3. Ajarkan anak cara berkomunikasi dan bergaul, khususnya dalam
aktivitas mendengar dan didengarkan. Hal itu karena kemampuan berkomunikasi
adalah hal super penting dari aktivitas kerjasama. Biasakan dan ajarkan anak
untuk bisa menjadi pendengar yang baik, demikian juga orangtua harus bisa
menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya, serta berikan anak ruang
berbicara dan berpendapat. Biasakan hal seperti ini di kehidupan anak
sehari-hari, sehingga anak nantinya memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikasi yang mumpuni akan dapat meningkatkan kepercayaan diri
anak dalam proses bekerja-sama dengan teman-teman sebayanya. Berikan anak
ruang untuk berbicara dan mengekspresikan diri, ini akan sangat membantu
meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Selain itu ajarkan anak kemampuan
berempati sejak usia dini, sehingga anak memiliki kemampuan untuk memahami
perasaan orang lain, kemampuan berempati sangat diperlukan saat beraktivitas
dengan orang banyak.
4. Dorong rasa percaya diri anak, jika anak tidak percaya diri maka ia
akan sangat kesulitan saat diharuskan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Rasa percaya diri yang baik akan membuat anak mampu untuk menentukan sebuah
keputusan, anak punya kendali atas apa yang sedang terjadi, serta anak berani
untuk mengungkapkan pendapat di hadapan teman-temannya.
Orangtua harus membangun harga diri atau rasa pecaya diri anak, serta membantu
anak merasa bahwa dirinya mampu untuk menangani berbagai permasalahan yang
muncul di dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sangat penting agar anak bisa
bekerja sama dengan baik. Untuk membangun rasa percaya diri anak, berikut
beberapa hal yang harus diketahui orangtua tua:
- Buang kebiasaan memarahi anak. Banyak orang tua yang punya 'hobi' memarahi anak, bahkan hanya karena anak melakukan kesalahan sepele. Anak-anak yang sering dimarahi akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri atau tidak percaya diri, dampaknya hal ini akan membuat anak kesulitan dalam bergaul dan berinteraksi dengan anak-anak sebayanya.
- Tidak mengapa anak mengalami kegagalan dan melakukan kesalahan, dorong anak untuk jangan takut mencoba, hal ini dapat memacu anak untuk berusaha lebih keras, yang karakter ini akan sangat bermanfaat baginya.
- Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru, mencapai keterampilan baru membuat anak merasa mampu dan percaya diri bahwa dirinya bisa mengatasi masalah yang datang.
- Jangan sampai lupa mengapresiasi pencapaian anak, beri tahu anak bahwa Anda bangga dengan upayanya terlepas dari hasilnya. Biarkan anak tahu bahwa Anda menghargai usaha yang ia lakukan.
- Ajak anak untuk melakukan pekerjaan rumah bersama, anak mungkin saja mengeluh, tetapi anak akan merasa lebih terhubung dan dihargai ketika anak diandalkan untuk melakukan pekerjaan di rumah, seperti merapihkan tempat tidur, mainan, mencuci piring, menyapu, menyiram tanaman dll. Merasa dibutuhkan akan membuat anak merasa sangat berharga, yang nantinya dapat meningkatkan rasa percaya dirinya.
- Berikan anak ruang berbicara di dalam lingkungan keluarga, hargai setiap ucapan anak. Orangtua harus bisa menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya. Anak-anak yang mendapatkan ruang berbicara dan berpendapat di keluarga akan tumbuh menjadi pribadi yang berani dan percaya diri.
- Tunjukkan cinta kepada anak, anak harus tumbuh dengan perasaan dicintai.
5. Mendorong anak pada aktivitas dan permainan kolaboratif. Kemampuan
anak bisa terasah sambil bermain, dorong anak terlibat dalam permainan yang
memerlukan kerjasama, misalnya bermain lego, puzzle, membangun gedung dari
balok dll. Tekankan kepada anak bahwa fokus permainan bukanlah persaingan,
tapi kerjasama.
Selain itu biarkan anak bermain dengan teman sebayanya, juga dorong anak untuk
mencoba permainan olahraga seperti sepak bola, basket, bola voli dll. Selain
mengasah skill kerjasama tim, permainan olahraga juga meningkatkan rasa
sportivitas. Dalam permainan olahraga, anak akan bekerja sama dan saling
membantu untuk mencapai kemenangan.
Orangtua tua perlu mengasah kemampuan kerjasama anak sejak usia dini,
kemampuan ini tidak datang secara alami, oleh karena itu banyak anak kesulitan
saat diharuskan bekerja sama dalam tim. Ini bisa terjadi karena beberapa
faktor yaitu anak tidak terbiasa bekerja sama, anak terlalu pemalu, cenderung
bossy, takut mengungkapkan pendapat dll. Selain itu, kurangi waktu anak untuk
bermain gadget.
6. Menumbuhkan rasa kebersamaan dalam diri anak, serta membuat anak
terbiasa dengan aktivitas berkomunikasi atau interaksi. Orangtua jangan sibuk
dengan gadget, harus ada komunikasi intens antara orangtua dan anak sejak
dini, lalu usahakan anak sering berkumpul bersama sepupunya, akan muncul rasa
kebersamaan dalam diri anak serta secara otomatis anak akan banyak
berinteraksi.
7. Latih anak terbiasa berkomunikasi di depan orang lain. Hal itu
karena saat anak yang berada pada situasi bekerjasama di sebuah kelompok, maka
ia akan diharuskan untuk melakukan berbagai interaksi sosial, baik itu dalam
wujud verbal maupun non verbal. Sehingga sangat penting anak sebelumnya sudah
terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi. Orangtua perlu memberikan anak banyak
kesempatan untuk berbicara dan berpendapat, sangat penting membuat anak
terbiasa dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya.
8. Ajarkan anak untuk menghargai orang lain. Bekerja dalam tim membuat
anak harus bisa menghargai orang lain. Jika anak tidak bisa menghargai orang
lain, maka ia akan kesulitan dalam bekerja sama dan bergaul. Ajarkan anak
untuk bersikap, bersimpati, menghormati ucapan dan pendapat orang lain.
9. Hal lain yang perlu diperhatikan. Mengajarkan kerjasama pada anak
tentu tidak semudah teorinya karena pada kenyataannya sering terjadi masalah,
sehingga orangtua jangan memasang ekspetasi tinggi pada anak. Ada beberapa hal
yang perlu diingat orangtua yaitu:
- Jangan pernah memaksa anak, apalagi jika anak masih kecil, karena ada kondisi tertentu anak sedang bad mood, ingin sendirian, egois dan tidak ingin berbagi. Anak-anak biasanya masih memiliki ego yang tinggi, sehingga perlu disikapi dengan kesabaran, bukan dengan paksaan.
- Contoh terbaik anak belajar sikap kerjasama adalah dari keluarga terdekatnya. Sehingga orangtua jangan hanya memerintah, melainkan juga ikut memberikan contoh yang baik.
- Sikap kerjasama dimulai dari lingkungan rumah, tanamkan nilai kerjasama antar anggota keluarga dengan hal-hal sederhana, misalnya membersihkan rumah bersama dll.
- Motivasi anak untuk aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, ada banyak manfaatnya, diantaranya dapat melatih jiwa kepemimpinan dan sikap kerjasama. Hanya saja jangan memaksa anak.
Penutup
Orangtua harus tahu bahwa skill bekerja sama sangat penting dalam setiap aspek
kehidupan anak nantinya. Seseorang tidak dapat berfungsi pada tingkat optimal
jika selalu beroperasi sendiri alih-alih bekerja sama dengan orang lain. Kerja
sama adalah kemampuan yang harus diasah sejak usia dini, ketika anak-anak
mulai berbaur dan berintegrasi dengan orang lain, mereka secara alami akan
mulai mengambil beberapa elemen aktivitas kerja sama, namun ini perlu
diperkuat oleh guru dan orangtuanya.
Kerja sama merupakan pengalaman sosial, yang melibatkan bekerja dan bergaul
dengan orang lain. Mempelajari pentingnya kolaborasi sejak usia muda akan
memberikan anak sebuah keterampilan hidup paling penting yang akan dibawanya
disepanjang hidupnya.
Para ahli menjelaskan bahwa anak-anak harus diajari untuk berinteraksi dengan
orang lain sejak usia dini.
Kerja sama adalah salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan semua orang,
berapa pun usianya, yang nantinya juga membantu mengembangkan berbagai
keterampilan soaial lainnya. Agar kerja sama menjadi efektif, diperlukan
keterampilan komunikasi yang baik serta sikap menghormati pihak lain,
menghargai sudut pandang yang berbeda serta membangun kesadaran bahwa dirinya
sedang bekerja untuk mencapai tujuan bersama.
Apa pun pekerjaan anak nantinya, ia harus bisa bekerja sama dengan orang lain.
Anak perlu dibantu untuk membangun hubungan yang baik dengan anggota keluarga,
teman, tetangga.
Baca Juga: