Orangtua tentu ingin anak-anaknya memiliki perilaku yang positif/baik, tapi
seringkali harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Ada banyak penyebab anak
bisa memiliki kepribadian yang buruk, baik itu faktor dari dalam maupun luar.
Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada anak yaitu
parenting yang buruk, anak kurang mendapat perhatian dari orangtuanya,
lingkungan sosial yang negatif, teman sekolah yang buruk, anak mengalami
trauma psikis, dll.
Cara Mengatasi Perilaku Anak yang Menyimpang
1. Quality Time Bersama Anak
Untuk mengatasi perilaku anak yang menyimpang, maka hal pertama pastikan anak
memperoleh quality time yang cukup bersama orangtuanya. Orangtua harus
menyediakan waktu bersama anak, sekalipun pekerjaan padat tapi seharusnya
utamakan anak.
Miliki waktu berkualitas bersama anak dengan melakukan berbagai kegiatan
bersama yang seru dan menyenangkan, atau minimal mengobrol dengan anak.
Mengajak anak mengobrol harus rutin (dilakukan setiap hari) agar hubungan
orangtua dan anak tetap dekat.
Isi obrolan bisa berupa membahas hal-hal yang menjadi kegiatan anak di
sekolah, atau bisa juga bertukar cerita, termasuk jika anak sedang curhat maka
dengarkan baik-baik dan hargai ucapan anak.
2. Berikan Anak Kegiatan
Terkadang orangtua tidak peduli dengan aktivitas harian anak, seringkali anak
memiliki waktu kosong dan itu digunakannya untuk hal-hal negatif. Seharusnya
orangtua peka dan perhatian, jika anak tidak memiliki kegiatan positif maka
kemungkinan dia bakal melakukan hal-hal negatif.
Cara mengatasi perilaku anak yang menyimpang yaitu dengan menyibukan anak
dengan kegiatan-kegiatan positif. Apalagi perilaku menyimpang seringkali
disebabkan oleh lingkungan pergaulan yang buruk.
Jika anak sudah disibukan dengan kegiatan positif, ini akan mengurangi
frekuensi anak terpapar lingkungan pergaulan yang buruk. Orangtua perlu
pintar-pintar mencarikan kegiatan untuk anak, misalnya jika anak hobi basket
maka masukan ke klub basket dan seterusnya.
Dengan disibukan pada beberapa kegiatan positif, hal ini efektif membuat anak
lebih terlindungi dan terhindari dari perilaku-perilaku menyimpang.
3. Perhatian Terhadap Aktivitas Sekolah Anak
Hati-hati jika orangtua tidak perhatian terhadap aktivitas sekolah anak karena
berdampak buruk terhadap psikologis anak. Anak akan merasakan bahwa
orangtuanya terbiasa cuek dengan aktivitas sekolahnya, sehingga anak pun juga
menjadi tidak peduli dengan sekolahnya. Jika sudah begini, anak sangat rentan
terjatuh ke dalam perilaku menyimpang dan pergaulan bebas.
Anak-anak yang terjatuh ke dalam pergaulan bebas dengan perilaku yang
menyimpang, biasanya sulit dinasehati karena selama ini anak merasa tidak
diperhatikan oleh orangtuanya.
Nah, adapun jika orangtua dari awal perhatian terhadap aktivitas sekolah anak,
hal ini akan membuat anak lebih serius untuk menjalani pembelajaran di
sekolah.
Selain itu orangtua perlu rutin berkomunikasi dengan guru dan pihak sekolah,
sehingga akan diperoleh informasi penting tentang kondisi dan perkembangan
anak di sekolah. Orangtua juga biasanya akan mendapatkan masukan-masukan dari
pihak sekolah tentang cara menjaga lingkungan pergaulan anak yang sehat.
4. Hindari Sering Memarahi Anak
Terkadang anak mengalami penyimpangan perilaku justru karena kesalahan
orangtuanya sendiri. Misalnya orangtua sering memarahi anak, hal ini akan
membuat anak sakit hati lalu melakukan bentuk penyimpangan.
Anak yang sering dimarahi akan beresiko tinggi terjatuh ke pergaulan yang
buruk, ditambah lagi anak merasa dendam pada orangtuanya. Cara mengatasi
perilaku buruk anak yaitu utamakan kelembutan dalam berinteraksi.
Anak yang sering dimarahi biasanya akan mengembangkan sifat keras kepala,
egois dan keras kepala. Sifat-sifat negatif tersebut berkembang karena anak
secara alami berupaya mempertahankan diri, anak juga menjadi trauma karena
perasaannya yang sering disakiti.
Jangan suka memarahi anak karena justru memicu perilaku menyimpang dalam diri
anak. Selain itu hargai keberadaan anak dan hargai setiap perkataan anak.
5. Edukasi Anak
Cara mengatasi perilaku anak yang menyimpang yaitu dengan mengedukasinya.
Bahkan seharusnya anak sejak dini sudah dikenalkan dengan aturan-aturan dasar,
sehingga anak mampu menyadari bahwa dia tidak bisa hidup seenaknya, dimana
terdapat nilai-nilai dan aturan yang harus ditaati.
Namanya anak-anak tentunya belum mampu berpikir secara matang sehingga perlu
diarahkan. Peran orangtua sangat penting dalam mengajarkan anak tentang
perilaku yang bisa diterima dan yang tidak. Ini adalah hak anak untuk
mendapatkan edukasi dari orangtuanya. Jika bukan orangtuanya yang memberikan
edukasi, maka siapa lagi?
6. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah antara orangtua dan anak sangatlah penting. Hanya saja,
yang banyak terjadi justru orangtua ingin didengarkan tetapi tidak mau
mendengarkan. Gaya parenting seperti ini bisa menyebabkan masalah besar
nantinya.
Jika orangtua hanya mau didengarkan dan tidak mau mendengar, sehingga anak
tidak punya ruang berbicara yang cukup. Hal ini akan membuat hubungan
orangtua-anak renggang, dan anak bakal rentan untuk bergabung dengan
lingkungan buruk sebagai bentuk pelarian.
Komunikasi dua arah sangat penting agar anak merasa dihargai keberadaannya di
keluarga, sehingga mencegah anak bergabung ke lingkungan-lingkungan yang buruk
dengan berbagai bentuk perilaku menyimpang.
7. Tanamkan Skill
Orangtua memiliki kewajiban untuk menggali bakat anak, usahakan anak untuk
memiliki skill (keterampilan) sehingga anak bakal tersibukan dengannya. Jika
anak memiliki keterampilan, maka anak bakal sibuk untuk mengasah
keterampilannya. Anak sibuk dengan hal-hal positif sehingga menghindarinya
dari perilaku menyimpang.
8. Teladan yang Baik
Perilaku anak tergantung orang tuanya, sehingga orangtua harus bisa menjadi
teladan yang baik. Jika orangtua tidak bisa memberikan contoh yang baik, maka
pantas saja anak memiliki perilaku buruk dan menyimpang.
Perilaku anak cerminan orang tua, perilaku ataupun sifat orangtua akan turun
pada buah hatinya. Kemungkinan sangat besar bahwa anak bakal mencontoh
orangtuanya dan melihatnya sebagai role model. Bahkan anak umur 2 tahun telah
bisa mencontoh orangtuanya, setiap sikap dan gerakan orangtuanya akan direkam
oleh buah hatinya yang berumur 2 tahun.
Dengan bertambahnya umur anak, bakal ada banyak hal yang diduplikat anak dari
orangtuanya seperti cara berbicara, nada bicara, cara merespon, cara bersopan
santun dan banyak lainnya. Sebenarnya anak sangat membutuhkan teladan untuk
bisa dicontoh, jangan sampai anak menjadikan orang-orang buruk di luar sana
sebagai teladan.
9. Perbaiki Respon Terhadap Anak
Orangtua seringkali tidak bisa menahan diri saat mendapati perilaku anak yang
menyimpang, sebelum meluruskan anak maka seharusnya orangtua bisa mengontrol
diri sendiri. Lalu barulah mencari momen-momen yang tepat untuk meluruskan
anak. Jangan sampai orangtua menasehati anak dalam kondisi emosi.
Orangtua suka terburu-buru menghakimi anak saat dia keliru, bahkan terlalu
cepat menyalahkan anak padahal belum mengetahui duduk perkaranya. Orangtua
melakukan hal-hal yang kurang bijak terhadap anak, dan ini bisa berakibat
sangat buruk.
Orangtua seharusnya bisa menjadi pendengar yang baik untuk anak, itu pun tanpa
perlu menghakimi anak saat dia salah. Setiap anak memiliki perasaan ingin
dimengerti dan dihargai keberadaannya, jadi sangat ironis jika orangtua
menjadikan anak sebagai bahan omelan.
Selain itu miliki waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak, cari
waktu yang tepat untuk memberi tahu anak tentang batasan-batasan. Dengan
mewujudkan aturan bersama sehingga anak mulai belajar berkomitmen, dan hal ini
sangat bagus untuk perkembangannya. Cara seperti ini jauh lebih baik daripada
marah-marah ke anak.
TOPIK TERKAIT
Baca Juga: