Setiap orangtua tentu ingin anak-anaknya dapat tumbuh dengan perasaan aman dan
bahagia, jika kehidupan anak tidak bahagia maka proses tumbuh kembangnya akan
terhambat, sehingga kebahagiaan dan rasa aman sangatlah dibutuhkan anak.
Maraknya body shaming mengakibatkan banyak anak di Indonesia tidak tumbuh dengan perasaan bahagia, sehingga para orangtua sudah seharusnya berperan aktif mendampingi anak. Anak (khususnya saat memasuki usia remaja) bisa saja berpotensi mengalami body shaming dari teman-teman sebayanya.
Dampak body shaming dapat menyakiti jiwa anak, seperti sebutan si gendut, si
kurus, si cebol, si kecap dll. Sebutan-sebutan seperti itu umum terjadi di
pergaulan sehari-hari anak usia SD maupun remaja. Jenis bully yang
mengomentari keadaan fisik secara negatif dapat menyakiti anak dan juga
membuat anak tidak percaya diri.
Orangtua perlu aktif mendampingi anak dalam menghadapi situasi tersebut. Orangtua juga perlu berhati-hati dalam bertutur kata (sekalipun tanpa maksud
buruk) dalam mengomentari kondisi bentuk tubuh, misalnya mengatakan kepada
anak “Baju ini sudah tidak muat karena kamu bertambah gemuk”.
Hindari perkataan-perkataan yang tidak perlu di rumah karena dikhawatirkan
tanpa disadari melukai perasaan anak. Pastikan juga anak merasa aman, nyaman
dan bahagia saat di rumah, ketika anak mengalami body shaming di sekolahnya,
maka suasana rumah yang kondusif sangatlah penting sebagai tempatnya bernaung.
Orangtua harus bisa menjadi tempat curhat terbaik untuk anak. Anak (khsusunya
usia remaja) biasanya memiliki banyak sekali problematika di dalam proses
tumbuh kembangnya sehingga sangat membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi
hatinya. Anak mungkin akan mengadu mengenai kondisi bentuk tubuhnya dan
persoalan lainnya, disinilah orangtua harus dapat memberikan motivasi agar
anak tetap semangat dalam menjalani kehidupan dan aktivitasnya sehari-hari.
Seperti disinggung sebelumnya, hindari mengatakan hal-hal yang tidak perlu,
ini termasuk orangtua mengomentari bentuk tubuhnya sendiri, misalnya
mengatakan:
“Duh Mama kok gemukan ya sekarang”
"Mama kok terlihat gemuk kalau memakai baju ini."
"Mama tidak mau makan ini karena takut gemuk."
“Duh hidung Mama kok pesek banget ya.”
Dan banyak contoh lainnya.
Anak mendengarkan dan belajar tentang kehidupan dari orangtuanya. Sebuah
penelitian menemukan bahwa anak-anak yang berpikir bahwa orangtua mereka tidak
bahagia dengan tubuh mereka, lebih cenderung tidak puas dengan keadaan tubuh
mereka sendiri.
Dengan begitu, jika orangtua tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya
sendiri, maka nantinya anak pun bakal cenderung tidak percaya diri juga dengan
kondisi dirinya sendiri. Orangtua seharusnya menunjukan kepercayaan diri
sehingga anak juga meniru hal positif yang dilakukan orangtuanya.
Jangan jadikan penampilan sebagai fokus utama di kehidupan, ajarkan
anak tentang hal ini, sehingga hindari sering berbicara tentang penampilan
tubuh (apalagi mengenai bentuk tubuh orang lain), dengan begitu anak akan
belajar bahwa ada hal-hal yang lebih penting untuk dibahas dan dipikirkan
daripada sekedar penampilan atau bentuk tubuh.
Buatlah fokus anak teralihkan ke hal-hal yang lebih penting, misalnya ajari
anak bahwa sifat-sifat yang baik itu lebih penting. Demikian juga saat Anda
memuji seseorang di depan anak, maka pujilah tentang seberapa baik atau murah
hati orang tersebut (bukan memuji penampilan atau bentuk tubuhnya).
Hal ini akan membuat anak lebih fokus untuk menggapai sifat-sifat yang baik
ketimbang fokus memikirkan bentuk tubuhnya. Anak bisa menjadi percaya diri
dengan memiliki sifat-sifat baik, rasa percaya dirinya juga membuat anak lebih
tahan banting saat mengalami body shaming di luar.
Biasakan memberikan apresiasi dan pujian dalam sehari-hari. Menjadi
orangtua adalah tanggung jawab yang besar, selain memenuhi kebutuhan fisik
anak, orangtua juga wajib memenuhi kebutuhan batin anak, jadi orangtua jangan
malas memberikan pujian dan apresiasi kepada anak.
Biasakan untuk memberikan pujian yang tulus saat anak melakukan hal-hal yang
baik, boleh-boleh saja memuji anak dengan sebutan cantik atau tampan, tapi
akan sangat membantu jika Anda memperluas jangkauan pujian.
Misalnya memuji karakter ataupun prestasi anak, hal ini akan memberikan
pemahaman bagi anak bahwa ada banyak hal yang lebih penting dari sekedar
penampilan. Selain itu, saat anak telah berusaha dalam mengerjakan sesuatu
(sekalipun hasilnya belum memuaskan) maka orangtua tetap harus memberikan
apresiasi atas usaha anak.
Bilang ke anak: “Kamu telah berusaha keras, Bunda sangat bangga.”
Dengan memberikan pujian dan apresiasi kepada anak, maka hal ini membuat anak
merasa diperhatikan, disayangi dan diharapkan keberadaannya. Hal ini perlu
dilakukan sejak dini, sehingga membuat anak tumbuh dengan rasa percaya diri
yang bagus.
Rasa percaya diri sangat penting agar anak mampu bertahan dalam pergaulan
sosial di luar, selain itu anak juga menjadi tahan banting saat mengalami body
shaming dari teman-teman sebayanya.
Beritahu anak bahwa setiap orang itu unik. Beritahu anak bahwa setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, setiap orang
memiliki perbedaan dan keunikannya masing-masing. Hal seperti ini harus
diberitahukan kepada anak, sehingga nantinya anak menyadari dan tidak berkecil
hati saat memiliki perbedaan tertentu dengan teman-temannya.
Selain itu ajarkan anak untuk menerima orang yang mungkin terlihat berbeda,
berikan anak pemahaman bahwa berbeda tidaklah buruk. Ajarkan anak untuk
menerima dan memaklumi perbedaan, hal ini secara tidak langsung juga mengajari
anak untuk bisa berpikiran terbuka (open minded).
Biasakan pola hidup sehat. Orangtua perlu aktif mengajarkan pola hidup
sehat kepada anak sejak dini, biasakan konsumsi makanan bergizi seimbang dan
rutin berolahraga. Jika anak bertanya mengapa harus rajin berolahraga, maka
jawablah hal itu untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Tubuh yang ideal akan terbentuk dengan rutinitas olahraga dan penerapan pola
hidup sehat. Akan tetapi, jangan bilang ke anak bahwa tujuan utama olahraga
untuk membentuk tubuh ideal karena membuat anak merasa terbebani, serta anak
nantinya punya pikiran tidak puas dengan bentuk tubuhnya sekarang.
Lakukan jenis olahraga yang sederhana seperti mengendarai sepeda, jogging,
mengajak anak berkebun dll. Mengajak anak berkebun dapat menjadi bentuk
olahraga, aktivitas bercocok tanam adalah latihan angkat beban ringan yang
dapat membentuk otot-otot utama anak. Dimana saat berkebun, nantinya anak
mengangkat, menggali dan berjongkok, itu merupakan gerakan-gerakan dasar untuk
melatih otot-otot motorik kasar.
Ada banyak bentuk olahraga, yang penting pastikan anak aktif untuk menggerakan
tubuhnya. Anda bisa mengajak anak ke taman atau gelanggang olahraga, seperti
Gelora Bung Karno yang merupakan ruang komunal tempat berolahraga dan juga
bersosialisi. Anda juga harus bisa jadi panutan, dimana orangtua adalah
teladan bagi anak sehingga harus memberikan contoh hidup sehat dan
aktif.
Jika Anda melakukan kebiasaan positif maka anak akan mencontohnya, demikian
sebaliknya. Tentukan juga hari olahraga keluarga, ajak anak untuk
mendiskusikan waktu olahraga bersama keluarga. Beri anak kesempatan berbicara
dan mengemukakan pendapatnya. Dengan menyertakan anak ikut ambil bagian dalam
membuat sebuah keputusan, akan menjadikan anak lebih termotivasi.
Ahli kesehatan terlah menjelaskan bahwa salah satu pilar hidup sehat adalah
rajin olahraga. Ajak anak makan makanan sehat dan melakukan aktivitas fisik
setiap hari, ini hendaknya dilakukan sejak dini. Anak yang rutin berolahraga
akan mendapatkan banyak sekali manfaat seperti:
- Bentuk tubuh yang lebih ideal.
- Jantung dan paru-paru yang kuat dan sehat.
- Membentuk tulang yang kuat.
- Menjadi lebih fleksibel dan aktif.
- Meningkatkan rasa percaya diri.
- Suasana hati (mood) yang lebih baik dan stabil.
- Dll.
Selain itu, usahakan mendorong anak untuk rutin mengonsumsi buah dan sayur,
lalu sebisa mungkin kurangi konsumsi junk food serta asupan tinggi gula dan
lemak.
Peran Aktif Orangtua Sangat Diperlukan Saat Anak Menerima Body Shaming
Mengolok-olok teman karena fisiknya sering dianggap sebagai candaan, padahal
ini termasuk verbal bullying yang menyebabkan korbannya kehilangan rasa
percaya diri. Korban body shaming awalnya akan meyakini tubuhnya tidak
'sempurna', jika terus-menerus mendengar ejekan tersebut, ia akan menganggap
kondisi fisiknya (yang menjadi bahan ejekan tersebut) sebagai suatu aib yang
harus segera disingkirkan.
Hal itulah yang membuat korban body shaming merasa tidak percaya diri dan
tidak merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Selain itu timbul rasa kekecewaan
terhadap bentuk tubuh sendiri, yang akibatnya korban body shaming menjadi
tidak/kurang mencintai dirinya sendiri.
Sebagai orang tua, hal yang perlu dilakukan saat anak menjadi korban body
shaming yaitu mendengarkan keluhannya. Saat Anda mengetahui anak Anda
disakiti, tentu rasanya ingin membalas si pelaku, tapi hendaknya Anda sebisa
mungkin bersikap tenang walaupun anak datang mengadu sambil menangis
tersedu-sedu. Anda harus mampu menguasai diri sendiri terlebih dahulu.
Biarkan anak meluapkan emosi dan kesedihannya hingga puas, biarkan anak
mengadu dan bercerita tentang kondisi yang dialaminya hingga akhirnya anak
merasa puas dan tenang kembali. Sebelum mulai menyelesaikan permasalahan,
pastikan Anda dan anak Anda sudah dalam kondisi tenang dan sama-sama bisa
menguasai diri.
Berikan anak pertanyaan jika kondisinya sudah tenang, dengan begitu anak akan
dapat bercerita dengan baik, berikan perhatian penuh dan rasa empati terhadap
cerita anak.
Orangtua tidak perlu menyangkal, dimana kekeliruan yang sering
dilakukan orang tua seperti mengatakan
“Enggak kok, kamu enggak gendut, enggak pendek..”.
Respons semacam ini kurang tepat, tidak efektif untuk menyelesaikan masalah,
serta terkesan lari dari masalah. Lebih baik mengajarkan anak untuk menerima
kondisi tubuhnya sendiri, katakan apa adanya, lalu mendorong anak untuk
percaya diri dengan kondisi dirinya. Katakan pada anak bahwa setiap orang itu
UNIK.
Bilang ke anak bahwa ia tidak perlu mendambakan bentuk fisik yang lain,
katakan juga bahwa Anda mencintainya apa adanya. Perkataan-perkataan semacam
ini akan memberikan motivasi dalam jiwa anak serta menumbuhkan rasa percaya
dirinya.
Orangtua berperan aktif memberikan dukungan. Saat anak mengalami body
shaming, bisa saja kejadian itu membuat rasa percaya diri anak sedang berada
di titik terendah. Jadi berikan anak dukungan bahwa keberadaannya sangatlah
berharga, jelaskan juga bahwa setiap orang diciptakan berbeda-beda dan setiap
orang istimewa.
Ajarkan hal ini sehingga membuat anak lebih tahan banting saat mengalami
bullying, dan mengatakan setiap orang istimewa juga akan mencegah anak jadi
pelaku bullying, serta bisa menghormati pihak lain. Katakan juga pada anak
bahwa tindakan dan prilaku yang baik jauh lebih penting ketimbang penampilan.
Orangtua juga perlu mengajari anak cara menghadapi pelaku bullying. Bilang ke
anak tidak perlu membalas mengejek karena akan membuat palaku bullying semakin
menjadi-jadi tindakannya. Jika si pelaku sering membullying, maka ajarkan anak
sikap tegas untuk mengatakan bahwa ia tidak suka dan merasa terganggu.
Jika body shaming sudah mengarah pada level psychological attack, maka ini
bisa berdampak buruk terhadap psikologi atau kejiwaan anak, dalam situasi
seperti ini orangtua perlu bertindak lebih jauh seperti melapor kepada pihak
sekolah, serta melakukan pembicaraan baik-baik dengan pihak dari orangtua
pelaku.
Baca Juga: