Dampak Body Shaming pada Anak (Cara Mengatasinya)

Body Shaming
Photo credit: istockphoto.com|Brycia James

Apa Itu Body Shaming?


Body shaming artinya suatu perilaku negatif oleh seseorang atau beberapa orang yang merendahkan (termasuk menertawai, mengolok-olok, mencela) pada kondisi fisik orang lain.

Contoh mencela kondisi fisik yaitu mencela ukuran tubuh (gemuk maupun kurus), warna kulit, bentuk mata, hidung pesek dan banyak lainnya.

Dampak Body Shaming


Jika kehidupan anak tidak bahagia maka proses tumbuh kembangnya akan terhambat. Sehingga kebahagiaan dan rasa aman sangat dibutuhkan.

Maraknya body shaming mengakibatkan banyak anak di Indonesia tidak tumbuh dengan perasaan bahagia, sehingga para orangtua sudah seharusnya berperan aktif mendampingi.

Dampak body shaming dapat menyakiti jiwa, seperti sebutan si gendut, si kurus, si cebol, si kecap dll. Sebutan-sebutan seperti itu umum terjadi di pergaulan sehari-hari anak usia SD maupun remaja

Tindakan mengatakan hal buruk tentang kondisi tubuh dapat menyakiti dan juga mengakibatkan korbannya kehilangan kepercayaan diri.

Dampak Body Shaming Terhadap Korban
  1. Merasa tidak berdaya di dalam kehidupan.
  2. Menjadi tidak yakin dengan bentuk tubuh sendiri.
  3. Kehilangan rasa cinta terhadap diri sendiri.
  4. Kehilangan rasa percaya diri.
  5. Memicu stres dan depresi.
  6. Sering muncul rasa cemas yang berlebihan.
  7. Tidak bahagia menjalani hidup.
  8. Menjadi lebih suka menyendiri, sehingga rentan mengalami kesepian dalam hidup.
  9. Menjadi takut atau khawatir untuk menjalani interaksi sosial.


Cara Mengatasi Body Shaming Terhadap Anak


1. Dorong Anak Agar Mau Curhat

Jika anak mengalami body shaming, bisa saja anak bakal meyakini ada masalah pada fisiknya. Apabila anak terlalu sering mendapatkan cemoohan itu, dia bakal berpikir kondisi fisiknya (yang jadi bahan cemoohan tersebut) sebagai aib.

Dampaknya yaitu sangat dikhawatirkan anak menjadi tidak bisa mencintai dirinya sendiri. Serta hal itulah yang membuat korban body shaming merasa tidak percaya diri dan tidak merasakan kenyamanan dalam hidupnya.

Selain itu muncul perasaan benci pada bentuk tubuh sendiri. Sehingga orang-orang yang sering terkena perundungan model seperti ini, menjadi sulit dan tidak mampu untuk mencintai dirinya sendiri.

Sebagai orang tua, hal yang perlu dilakukan saat anak mengalami masalah ini yaitu mendengarkan curahan hatinya. Anak biasanya sangat ingin didengarkan isi hatinya, maka jadilah pendengar yang baik untuknya saat itu.

Saat Anda mengetahui anak Anda dizolimi, pastikan Anda sangat murka pada si pelaku, perasaan terasa campur aduk mendapati kejadian ini.

Akan tetapi, hendaknya orangtua sebisa mungkin bersikap tenang walaupun anak datang mengadu sambil menangis tersedu-sedu. Orangtua harus mampu menguasai diri sendiri terlebih dahulu.

Bebaskan anak meluapkan emosi dan kesedihannya hingga puas, bebaskan anak mengadu dan bercerita tentang kondisi yang dialaminya hingga akhirnya anak merasa puas dan tenang kembali.

Sebelum mulai menyelesaikan permasalahan, pastikan Anda dan anak Anda sudah dalam kondisi tenang dan sama-sama bisa menguasai diri.

Berikan anak pertanyaan jika kondisinya sudah tenang, dengan begitu anak akan dapat bercerita dengan baik, berikan perhatian penuh dan rasa empati terhadap cerita anak.

2. Tidak Perlu Menyangkal

Saat anak mendapatkan olok-olok tentang kondisi tubuhnya yang gemuk, dimana tidak jarang terjadi kekeliruan dalam merespon. Seperti orangtua mengatakan “Enggak kok, kamu enggak gendut.”.

Respon semacam ini perlu dihindari karena tidak efektif untuk menyelesaikan masalah, serta terkesan lari dari masalah. Lebih baik mengajarkan anak supaya memaklumi kondisi tubuhnya sendiri.

Katakan apa adanya, lalu mendorong anak supaya tetap enjoy dengan kondisi dirinya. Katakan kepadanya: "Masing-masing orang itu unik".

Bilang kepadanya, dia gak perlu mendambakan bentuk fisik yang lain, katakan juga bahwa Anda mencintainya apa adanya. Perkataan-perkataan semacam ini akan memberikan motivasi dalam jiwa anak serta menumbuhkan rasa percaya dirinya.


3. Aktif Berikan Support

Orangtua jangan diam, sebab body shaming bikin anak rendah diri. Jadi berikan anak dukungan bahwa keberadaannya sangatlah berharga. Juga bilang ke anak: "Tiap-tiap orang itu unik".

Ajarkan hal ini sehingga menjadikan dia tahan banting saat mengalami bullying. Mengatakan tiap-tiap individu itu istimewa, juga akan mencegah anak jadi pelaku bullying, serta bisa menghormati pihak lain.

Katakan pula kepadanya: Tindakan, moral dan adab yang bagus jauh lebih bernilai dan esensial ketimbang penampilan.

Orangtua juga perlu mengajari anak cara menghadapi pelaku bullying. Bilang ke anak tidak perlu membalas mengejek karena akan membuat palaku bullying semakin menjadi-jadi tindakannya.

Apabila si pelaku sering membullying, maka bilang ke anak untuk bersikap tegas dan jangan diam saja. Misalnya membela diri dengan berkata "saya tidak suka", "berhenti ganggu saya" dan semacamnya.

Jika body shaming telah sangat keterlaluan, dan si pelaku tidak berhenti dari tindakannya (bahkan semakin menjadi-jadi), sehingga sangat dikhawatirkan berdampak buruk terhadap psikologi atau kejiwaan anak.

Dalam situasi seperti ini orangtua perlu bertindak lebih jauh seperti melapor kepada pihak sekolah, serta melakukan pembicaraan konstruktif dengan pihak dari orangtua pelaku.

4. Pastikan Suasana Rumah Kondusif

Orangtua perlu aktif mendampingi saat anak mendapatkan permasalahan seperti ini. Orangtua juga perlu menjaga ucapan (sekalipun tanpa maksud buruk) dalam mengomentari kondisi bentuk tubuh, misalnya mengatakan kepada anak “Baju ini sudah tidak muat karena kamu bertambah gemuk”.

Hindari perkataan-perkataan yang tidak perlu di rumah karena dikhawatirkan tanpa disadari melukai perasaan anak. Pastikan juga anak merasa aman, nyaman dan bahagia saat di rumah.

Ketika anak mengalami body shaming di sekolahnya, maka suasana rumah yang kondusif sangatlah penting sebagai tempatnya bernaung.

Orangtua harus bisa menjadi tempat curhat terbaik untuk anak. Anak (khsusunya usia remaja) biasanya memiliki banyak sekali problematika di dalam proses tumbuh kembangnya sehingga sangat membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hatinya.

Anak mungkin akan mengadu mengenai kondisi bentuk tubuhnya dan persoalan lainnya, disinilah orangtua harus dapat memberikan motivasi agar anak tetap semangat dalam menjalani kehidupan dan aktivitasnya sehari-hari.

Seperti disinggung sebelumnya, jangan mengucapkan yang aneh-aneh kepada anak. Ini termasuk orangtua mengomentari bentuk tubuhnya sendiri, misalnya berkata:
“Duh, Mama sepertinya gemukan ya sekarang”
"Duh, Mama jadi tampak gendut jika pakai ini."
“Hidung Mama kok pesek banget ya.”
Dan contoh lainnya.

Anak memahami tentang kehidupan dari orangtuanya. Pada sebuah penelitian, diketahui anak-anak yang melihat orangtuanya mengeluh atau tak percaya diri dengan bentuk tubuh sendiri, hal ini nantinya akan menular pada anak, yaitu anak juga akan rentan menjadi tak percaya diri dengan bentuk tubuh sendiri.

Dengan begitu, jika orangtua sering tampak tak nyaman dengan bentuk tubuh sendiri, maka nantinya anak pun bakal begitu dalam memandang kondisi fisiknya sendiri.


5. Penampilan Bukan Fokus Utama

Cara mengatasi body shaming yaitu tanamkan dalam pikiran bahwa penampilan bukan fokus utama dan bukan segalanya. Ajarkan dia agar jangan menjadikan penampilan sebagai fokus utama di kehidupan. 

Hindari sering ngomongin mengenai penampilan luar. Dengan begitu anak akan belajar tentang terdapat sesuatu yang lebih esensial untuk dibahas dan dipikirkan, daripada sekedar penampilan.

Buatlah fokus anak teralihkan ke hal lain, contohnya mendorong dia berpikir tentang sikap ramah dan sopan santun jauh lebih berharga ketimbang penampilan.

Demikian juga saat Anda memuji seseorang di depan anak, maka pujilah mengenai karakternya (bukan memuji penampilan atau bentuk tubuhnya). Contohnya:
  • "Betapa sabar dan pemaafnya dia"
  • "Sikapnya sangat menghargai orang lain"
  • dll

Dengan membiasakan seperti ini, menjadikan anak bakal mengutamakan untuk menggapai kepribadian positif ketimbang fokus memikirkan bentuk tubuhnya.

Anak bisa menjadi percaya diri dengan memiliki karakter positif. Rasa percaya dirinya juga menjadikannya tahan banting saat mengalami body shaming di luar.

6. Aktif Berikan Apresiasi

Biasakan memberikan anak berupa apresiasi dan pujian dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi orangtua adalah tanggung jawab besar, selain memenuhi kebutuhan fisik anak, orangtua juga wajib memenuhi kebutuhan batin anak.

Orangtua jangan malas memberikan pujian dan apresiasi kepada anak. Pastikan agar memberikan pujian tulus saat anak mendapatkan pencapaian tertentu, seperti saat dia mendapat ranking di kelas, nilai ulangan bagus dll.

Boleh-boleh saja memuji tampilan luar anak, tapi hendaknya Anda memberikan bentuk pujian yang lebih mendalam, khususnya memuji kepribadian positif anak.

Sehingga memberikan pemahaman bagi anak, dimana terdapat banyak sekali hal di kehidupan yang jauh lebih pantas untuk dipikirkan dan diperbaiki, daripada sekedar penampilan.

Selain itu, saat anak telah berusaha dalam mengerjakan sesuatu (sekalipun hasilnya belum memuaskan) maka orangtua tetap harus memberikan apresiasi atas usaha anak.

Bilang ke anak: “Kamu telah berusaha keras, Bunda sangat bangga.”

Memberikan pujian dan apresiasi kepada anak perlu dilakukan sejak dini, menjadikan anak tumbuh dengan rasa percaya diri yang bagus, orangtua harus tahu berbagai manfaat tunjukkan rasa bangga pada anak.

Rasa percaya diri sangat penting agar anak mampu bertahan di pergaulan sosial di luar, juga supaya dia menjadi tahan banting saat mengalami body shaming dari teman-teman sebayanya.


7. Ajarkan Anak Setiap Orang itu Unik

Sangat penting memberitahunya tiap-tiap orang punya kelebihan dan kekurangannya. Tiap individu punya keunikannya masing-masing.

Hal seperti ini harus diberitahukan kepada anak, supaya nantinya anak menyadari serta enggak berkecil hati saat memiliki perbedaan tertentu dengan teman-temannya.

Lebih lanjut, ajarkan dia supaya menghargai temannya yang barangkali tampak 'berlainan', berikan anak pemahaman bahwasanya berbeda bukanlah aib yang perlu dikhawatirkan.

Ajarkan dia supaya memaklumi perbedaan. Dengan begitu secara sadar atau tidak sadar, Anda sebenarnya juga sedang mendidik anak supaya mampu berpikiran terbuka (open minded).

8. Pola Hidup Sehat

Orangtua perlu aktif mengajarkan hal ini kepada anak sejak dini, seperti konsumsi asupan bergizi seimbang serta mengerjakan aktivitas fisik. Jika anak bertanya mengapa harus semangat berolahraga, maka jawablah hal itu untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Tubuh yang ideal akan terbentuk dengan rutinitas olahraga dan penerapan pola hidup sehat. Akan tetapi, jangan bilang ke anak bahwa tujuan utama olahraga untuk membentuk tubuh ideal karena membuat anak merasa terbebani, serta anak nantinya punya pikiran enggak nyaman pada bentuk tubuhnya sekarang.

Lakukan jenis olahraga yang sederhana diantaraya berlari, jogging, jalan cepat, berenang, bersepeda dll. Ada banyak bentuk olahraga, yang penting pastikan anak aktif buat menggerakan tubuhnya.

Anda dapat mengajak anak ke taman atau gelanggang olahraga, seperti Gelora Bung Karno yang merupakan ruang komunal tempat berolahraga dan juga bersosialisi.

Ahli kesehatan terlah menjelaskan bahwa salah satu pilar hidup sehat adalah rajin olahraga. Ajak anak makan makanan sehat dan melakukan aktivitas fisik setiap hari, ini hendaknya dilakukan sejak dini. Anak yang rutin berolahraga akan mendapatkan banyak sekali manfaat seperti:
  • Bentuk tubuh yang lebih ideal.
  • Jantung dan paru-paru yang kuat dan sehat.
  • Membentuk tulang yang kuat.
  • Menjadi lebih fleksibel dan aktif.
  • Meningkatkan rasa percaya diri.
  • Suasana hati (mood) yang lebih baik dan stabil.
  • Dll.

Selain itu, usahakan mendorong anak untuk rutin mengonsumsi buah dan sayur, lalu sebisa mungkin kurangi konsumsi junk food serta asupan tinggi gula dan lemak.




Baca Juga:

No comments: