Sultan Baabullah (1528-1583) menjadi pemimpin Kesultanan Ternate pada 1570-1583. Beliau menjadi pemimpin Kesultanan Ternate yang paling dikenang oleh orang-orang setelahnya, hal itu disebabkan keberaniannya dalam menantang penjajah Portugis. Masa jaya Kesultanan Ternate yaitu di masa kepemimpinan-nya.
Di masanya, wilayah Kesultanan Ternate meliputi Sulawesi, Kepulauan Maluku dan pulau-pulau sekitarnya. Adapun pengaruh Kesultanan Ternate mencapai banyak wilayah di Nusantara.
Biografi Sultan Baabullah
Baabullah lahir pada tahun 1528. Ia putra dari Sultan Khairun. Namanya saat masih anak-anak adalah
Kaicili Baab. Beliau sejak kecil memperoleh pengajaran keislaman dari ulama secara intens.
Kesultanan Ternate punya perhatian
besar terhadap perkembangan dan ilmu agama Islam. Saat remaja, Kaicili Baab tumbuh menjadi seorang yang ksatria dan pemberani,
berkali-kali ia bergabung ke dalam barisan pasukan Ternate dan memimpin
berbagai ekspansi Ternate ke sejumlah wilayah di Sulawesi.
Kaicili Baab sering
menemani ayahnya kemana-mana, bahkan termasuk saat ayahnya diasingkan sementara waktu. Beliau sangat dekat dengan
ayahnya, bahkan saat masih muda sudah mendapatkan kepercayaan dari ayahnya untuk berkontribusi besar dalam pengelolaan negara.
Ia pernah mendampingi ayahnya saat prosesi penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan Portugis tahun 1560. Lokasi Ternate kala itu menjadi jantung perniagaan yang dilewati banyak kapal dagang dunia.
Hanya saja Portugis sering meminta tuntutan pada Kesultanan Ternate, keberadaan Portugis membuat Kesultanan Ternate tidak bisa berbuat banyak,
dimana Portugis memiliki militer dan persenjataan lebih unggul.
Kesultanan Ternate lebih memilih jalur damai dengan pihak Portugis. Hanya saja semakin berjalannya waktu, kelakuan Portugis mulai semena-mena dan menjadi
tidak disukai oleh penduduk setempat. Tapi apa daya, Sultan Khairun tidak bisa berbuat banyak dan berusaha tetap menjaga
hubungan damai.
Perseteruan antara pihak Ternate dan Portugis mulai terjadi pada tahun
1560-an, diawali dengan masyarakat di Ambon yang memohon perlindungan dan sokongan kepada Sultan Khairun
karena para pendatang dari Eropa mulai berulah.
Para pendatang dari Eropa
tersebut punya misi mengkristenkan wilayah Ambon yang secara umum beragama Islam. Sultan Khairun mengirim armada perang di bawah pimpinan Kaicili Baab untuk
mengepung lokasi tersebut pada 1563.
Posisi Portugis adalah membela
para misionaris Eropa tersebut karena Portugis tidak mau dakwah Islamiyah
tersebar ke banyak wilayah. Penyebaran agama Islam yang masif akan membuat orang-orang (rakyat) menjadi
sangat loyal terhadap Kesultanan.
Selain itu jiwa rakyat akan bersatu di atas
keimanan agama Islam sehingga sulit bagi Portugis untuk memecah belahnya. Portugis tahu persis, kesuksesan dakwah Islamiyah akan menggoyahkan posisinya
di Nusantara.
Selain itu Portugis pun berusaha untuk menyebarkan agama Katolik di beberapa wilayah. Walaupun terjadi pasang surut
dalam hubungannya, Ternate dan Portugis berusaha untuk tetap menjaga hubungan
damai.
Pada sebuah kejadian di tahun 1569, Portugis melakukan ekspedisi ke wilayah
Filipina, pihak Ternate diminta ikut serta, maka Kaicili Baab berangkat
dengan armadanya. Akan tetapi Kaicili Baab mengubah arah pasukannya di tengah penjelajahan untuk melakukan misi lain.
Kaicili Baab memisahkan diri dari kampanye serangan tersebut, dampaknya
upaya invasi Portugis tersebut tidak memiliki kekuatan yang memadai dan berakibat pada kandasnya upaya Portugis.
Sultan
Khairun secara diam-diam sangat bahagia dengan kandasnya upaya Portugis tersebut, karena jangan sampai Portugis mempunyai daerah yang luas di Nusantara.
Kesultanan Ternate hanya karena terpaksa saja mau bermuka manis pada tingkah laku Portugis selama ini. Bahkan Kaicili Baab seringkali tidak tahan dan menginginkan kontrontasi dengan
Portugis, sehingga dia sering menasehati ayahnya agar jangan
berlemah lembut terhadap Portugis.
Sultan Khairun berusaha untuk meningkatkan kekuatan militer, pengaruh dan
ekonomi Kesultanan Ternate. Dengan berjalannya waktu posisi
Kesultanan Ternate semakin kuat terhadap wilayah-wilayah sekitarnya, tentunya
pihak Portugis tidak akan tinggal diam.
Selain itu, posisi Kesultanan Ternate menguasai jalur laut, sehingga pihak Ternate bisa saja menutup arus pengiriman bahan pokok dan
barang-barang penting lain dari sebuah wilayah ke wilayah Portugis.
Terjadi
ketegangan antara Ternate dan Portugis, pada 1570 pihak Portugis berusaha mengadakan perbaikan diplomatik dengan Ternate,
tapi sayang tidak menemui titik temu sehingga tidak berhasil meredakan tensi tinggi antar kedua belah pihak.
Portugis akhirnya melakukan tindakan licik dan memalukan, pihak Portugis mengundang Sultan Khairun untuk kembali bernegoisasi
dan Portugis pun telah memberikan jaminan keamanan. Akan tetapi Portugis
berkhianat dengan membunuh Sultan dan utusan dari Ternate, itu artinya
Portugis telah melanggar kode etik Internasional yang berlaku saat itu.
Kode
etik hubungan Internasional saat itu yaitu para utusan atau duta besar yang
datang harus dihormati dan dijamin keamanannya sehingga tidak boleh
ditumpahkan darahnya.
Jasad Sultan Khairun Jamil berhasil ditemukan dan diangkat dari lautan dalam
kondisi mengenaskan, dimana terdapat banyak luka tusukan di jasad Sultan
Khairun. Dirinya tidak menyangka undangan perdamaian tersebut adalah jebakan semata.
Para pemuka
Kesultanan Ternate bersepakat untuk mengangkat Pangeran Kaicili Baab menjadi
Sultan. Segera disiapkan
serangan besar-besaran ke wilayah-wilayah Portugis, serta diminta bantuan ke para penguasa di Makassar, Jawa hingga Sumatera.
Sultan Khairun merupakan masalah besar bagi Portugis dalam bidang
perdagangan maupun penyebaran agama. Portugis menganggap Sultan
Khairun sebagai orang yang bisa menghambat keinginan Portugis memonopoli perdagangan. Akhirnya Portugis mengambil
keputusan untuk melenyapkan Sultan Khairun sehingga Ternate
tidak lagi memiliki pemimpin hebat, demikian anggapan
Portugis.
Pada kenyataannya penerusnya yaitu Sultan Baabullah memiliki kemampuan kepemimpinan yang sangat baik dan juga lebih berani. Bahkan kebijakan pertama Sultan Baabullah adalah menyatakan perang terhadap Portugis.
Sultan mengirimkan pesan diplomatik kepada pihak Portugis di Lisbon, meminta agar Portugis menghentikan kampanye militer ke area-area di timur Nusantara. Jika syarat itu dipatuhi maka relasi Ternate dan Portugis kembali pulih. Tentu saja Portugis tidak mau, tawaran Sultan ditolak mentah-mentah.
Pada kenyataannya penerusnya yaitu Sultan Baabullah memiliki kemampuan kepemimpinan yang sangat baik dan juga lebih berani. Bahkan kebijakan pertama Sultan Baabullah adalah menyatakan perang terhadap Portugis.
Sultan mengirimkan pesan diplomatik kepada pihak Portugis di Lisbon, meminta agar Portugis menghentikan kampanye militer ke area-area di timur Nusantara. Jika syarat itu dipatuhi maka relasi Ternate dan Portugis kembali pulih. Tentu saja Portugis tidak mau, tawaran Sultan ditolak mentah-mentah.
Perjuangan Sultan Baabullah
Kelakuan Portugis yang membunuh Sultan Khairun secara licik tentunya membuat marah
rakyat Ternate serta raja-raja di timur Nusantara. Para petinggi Ternate bersepakat mengangkat Kaicili
Baab sebagai suksesor-nya.
Perkumpulan tersebut juga mengubah arah kebijakan Kesultanan Ternate yang
awalnya bersikap lembek dalam menghadapi tingkah laku buruk Portugis, menjadi
lebih berani untuk berkonfrontasi melawan penjajah Portugis.
Para petinggi Kesultanan berikrar untuk tidak takut terhadap Portugis, selain
itu Sultan Baabullah punya ambisi besar yaitu berperang melawan Portugis untuk mengamankan dakwah Islamiyah di timur nusantara karena Portugis terus merecokinya. Sultan juga berazam untuk coba menghentikan pengaruh buruk Portugis
di kawasan.
Bahkan kalau bisa, Sultan punya keinginan mengusir penjajah Portugis dari kawasan. Benar saja, setelah naik tahta, Sultan Baabullah menyatakan perang terhadap
Portugis. Akan tetapi Sultan melihat bahwa militer Portugis sangat kuat
sehingga perlu adanya tindakan khusus agar Kesultanan Ternate bisa mengimbangi
kekuatan Portugis.
Sultan ingin hubungan Ternate dan Tidore menjadi erat, sehingga beliau mempersunting saudari Raja Tidore. Sultan juga meminta beberapa raja di
Maluku untuk berhenti berseteru atau berselisih, dan fokus untuk melawan
dominasi Portugis.
Sultan meminta agar kerajaan-kerajaan di sekitar mau
membantu melawan Portugis, selain itu juga meminta bantuan kepada sejumlah
penguasa daerah di sekitar Maluku.
Sultan Baabullah sangat menginginkan agar pihak yang telah
berkhianat dan membunuh Sultan Khairun dihukum atas perbuatannya. Pertempuran
besar pun akhirnya pecah, tidak butuh waktu lama pasukan Kesultanan Ternate
berhasil menembus pertahanan benteng-benteng Portugis.
Disebutkan bahwa perang yang dikobarkan Sultan melibatkan ribuan armada kapal tempur beserta ratusan ribu prajurit.
Benteng yang belum dapat ditaklukan adalah benteng São João Baptista (Pemimpin para penghianat yaitu Lopes de
Mesquita berada di benteng tersebut), itu adalah pertahanan terakhir Portugis.
Akhirnya diputuskan mengisolasi benteng tersebut,
sehingga mereka yang terdapat di dalam benteng terblokade dengan dunia luar, khususnya
pasokan dari luar bakal terhalang masuk.
Sultan Baabullah yang langsung mengkomando pasukan untuk mengurung habis benteng tersebut, Sultan tidak mengizinkan suplai makanan dari luar bisa lewat kecuali hanya sedikit.
Kebijakan Sultan lainnya yaitu
memperbolehkan orang-orang Ternate bertemu dengan penduduk di dalam benteng,
itu karena tidak sedikit orang-orang berdarah Ternate punya koneksi famili dengan orang-orang Portugis. Perkawinan antara pribumi dan orang Portugis hal yang umum saat itu.
Bersamaan dengan pengepungan, Sultan Baabullah juga mengirim pasukan ke beberapa daerah. Pada 1571 armada
Ternate menyerang Ambon. Banyak penaklukan
yang dilakukan dengan berhasil menguasai beberapa wilayah.
Pasukan Portugis mati-matian untuk bisa mempertahankan bentengnya, disamping
itu pihak Portugis sudah kehilangan jalur perdagangan cengkeh yang sebelumnya
dikuasai. Beberapa bala bantuan pasukan Portugis adalah para pribumi yang
masuk ke agama Katolik.
Tugas para pribumi katolik itu adalah menghalau
gempuran pasukan Kesultanan Ternate di Pulau Buru, tapi pasukan katolik
pribumi tersebut berhasil dikalahkan oleh pasukan Kesultanan Ternate.
Pada 1575 sudah banyak wilayah-wilayah Portugis di Maluku yang berhasil
dikuasai kembali oleh Kesultanan Ternate, beberapa suku-suku kecil yang pro
kepada Portugis posisinya semakin terjepit.
Dengan begitu posisi Kesultanan
semakin kuat dan mendominasi, hanya saja benteng São João Baptista belum dapat
ditembus dan masih dikepung.
Pengepungan berlangsung sangat lama, sehingga orang-orang Portugis di dalam
benteng benar-benar semakin terjepit karena persediaan makanan yang semakin habis.
Sultan Baabullah menawarkan
pihak Portugis untuk menyerah dan bersepakat memberikan jaminan keamanan serta
kapal transportasi sekaligus bekal (bahan pangan) untuk menuju Ambon.
Adapun
penduduk benteng yang pribumi boleh untuk tetap tinggal dengan syarat tunduk
dan tidak memberontak terhadap Kesultanan Ternate.
Pihak Portugis menyetujui tawaran dari Sultan Baabullah, sehingga orang-orang
Portugis keluar dari benteng dan angkat kaki dari Ternate.
Sultan menepati
janjinya untuk memberikan jaminan keamanan dan memfasilitasi perjalanan
orang-orang Portugis ke Ambon. Bahkan Sultan masih memperbolehkan orang-orang
Portugis menginjakan kakinya kembali di tanah Ternate untuk berdagang cengkeh.
Portugis telah berkhianat dan membunuh Ayahnya, tentunya Sultan Baabullah
sangat pantas untuk murka kepada Portugis, akan tetapi saat beliau berhasil
mengalahkan Portugis, beliau tidak melakukan pembantaian terhadap orang-orang
Portugis. Bahkan sebuah kapal Portugis diizinkan masuk membawa orang-orang Portugis yang masih tersisa di Ternate.
Setelah berhasil mengambil alih benteng tersebut, Sultan Baabullah
menjadikannya sebagai benteng pertahanan sekalian pusat pemerintahan, mungkin
karena posisinya yang lebih strategis. Sultan juga merenovasinya sehingga
benteng tersebut memiliki pertahanan yang lebih kuat dibanding sebelumnya.
Salah satu hal yang dipuji dari Sultan Baabullah adalah bersikap tenang
dengan tidak terburu-buru membuat sebuah keputusan, hal ini terlihat saat
pasukan Sultan mengepung benteng musuh. Dimana Sultan tidak
terburu-buru mengambil keputusan menyerbu, dipilih opsi mengepung benteng.
Keputusan brilian ini diambil karena Sultan berpikir bahwa banyak orang-orang Ternate yang telah menikah dengan orang-orang Portugis di dalam benteng, sehingga sebagian orang di dalam benteng merupakan keturunan dari orang-orang Ternate sendiri. Sultan benar-benar sangat mempertimbangkan mereka. Pertimbangan lain Sultan yaitu mengenai persenjataan pasukan Portugis yang lebih maju.
Pasukan Portugis yang ada di dalam benteng jumlahnya tidak lebih dari 1000 pasukan, adapun pasukan Sultan yang sedang mengepung benteng berjumlah puluhan ribu. Pasukan Ternate memang jumlahnya jauh lebih banyak tapi persenjataan Portugis lebih canggih. Sehingga tindakan terbaik adalah mengisolasi benteng, pasokan makanan cuma sedikit yang diizinkan masuk, yang dengan begitu efektif menurunkan fisik dan moral musuh.
Pengepungan berlangsung selama lima tahun, yang setelah itu Portugis menyerah pada Desember 1575. Dengan begitu benteng terakhir Portugis di Ternate berhasil dikalahkan tanpa perlu banyak-banyak melakukan pertumpahan darah. Setelah pasukan Portugis dikalahkan maka perdagangan bebas kembali bisa dibuka.
Keputusan brilian ini diambil karena Sultan berpikir bahwa banyak orang-orang Ternate yang telah menikah dengan orang-orang Portugis di dalam benteng, sehingga sebagian orang di dalam benteng merupakan keturunan dari orang-orang Ternate sendiri. Sultan benar-benar sangat mempertimbangkan mereka. Pertimbangan lain Sultan yaitu mengenai persenjataan pasukan Portugis yang lebih maju.
Pasukan Portugis yang ada di dalam benteng jumlahnya tidak lebih dari 1000 pasukan, adapun pasukan Sultan yang sedang mengepung benteng berjumlah puluhan ribu. Pasukan Ternate memang jumlahnya jauh lebih banyak tapi persenjataan Portugis lebih canggih. Sehingga tindakan terbaik adalah mengisolasi benteng, pasokan makanan cuma sedikit yang diizinkan masuk, yang dengan begitu efektif menurunkan fisik dan moral musuh.
Pengepungan berlangsung selama lima tahun, yang setelah itu Portugis menyerah pada Desember 1575. Dengan begitu benteng terakhir Portugis di Ternate berhasil dikalahkan tanpa perlu banyak-banyak melakukan pertumpahan darah. Setelah pasukan Portugis dikalahkan maka perdagangan bebas kembali bisa dibuka.
Kapal-kapal dagang dari Melaka diperbolehkan berlabuh dan melakukan
perdagangan di Ternate atas izin dari Sultan Baabullah.
Selain itu Sultan memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap arus
perdagangan di kawasan, termasuk memastikan perdagangan dengan orang-orang
Eropa berjalan baik, akan tetapi Sultan menghapus hak spesial orang Eropa.
Relasi dengan Kerajaan Inggris
Pada 3 November 1579, Sultan mengizinkan lawatan kenegaraan dari utusan Kerajaan Inggris. Sultan menerima dengan baik utusan dari Kerajaan Inggris tersebut,
Sultan setuju untuk menjalin hubungan dengan pihak Inggris, bahkan meminta
Inggris membantu Kesultanan Ternate dalam menangkal pengaruh Portugis.
Inggris menolak permintaan Sultan, maka pihak
Ternate menolak permohonan hak dagang spesial bagi Kerajaan Inggris.
Disebutkan bahwa terjadi perdebatan antara Sultan dan pihak Inggris, tatkala utusan Inggris menolak kebijakan pajak perdagangan yang telah ditentukan, penolakan tersebut membuat
Sultan murka.
Akhirnya setelah negoisasi yang alot, kedua pihak menemui titik terang tatkala Inggris memutuskan untuk berkomitmen mengirimkan dukungan berupa alat-alat militer untuk Ternate. Setelah itu utusan Inggris bertolak dari Ternate pada 9 November 1579.
Politik Luar Negeri Sultan Baabullah
Sultan Baabullah tidak hanya sibuk mengurusi kebijakan dalam negeri,
tapi juga aktif melakukan politik luar negeri, dan berusaha membangun persekutuan yang kokoh dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Catatan
sejarah menyebutkan bahwa Kesultanan Ternate berstrategi untuk membangun relasi dengan
banyak wilayah.
Masyarakat yang ada di wilayah pantai utara Jawa merupakan pendukung setia Kesultanan Ternate, hubungan kedua belah pihak sangat dekat. Pada 1580 Sultan melakukan operasi militer secara langsung bersama pasukannya menuju beberapa lokasi di Sulawesi.
Sultan
berkunjung ke wilayah Makassar dan mengadakan negoisasi politik dengan raja Gowa, sehingga terjadi persekutuan antara dua kerajaan.
Sebagai tanda persahabatan, Sultan mengirimkan bantuan untuk proyek penyempurnaan Benteng di pantai timur Gowa. Militer Ternate juga sukses menundukan beberapa wilayah di bagian selatan Sulawesi.
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah. Di awal kekuasannya, Sultan pernah mengadakan operasi militer ke
wilayah Buru, Seram dan Ambon. Operasi militer tahun 1580 juga berjalan sukses, beberapa wilayah di Sulawesi berhasil ditaklukkan.
Beberapa siasat Sultan menjadikan Kesultanan Ternate punya
pengaruh luas, selain kesuksesan dalam strategi peperangan, dilakukan juga
strategi interferensi dan politik perkawinan.
Bahkan karisma Kesultanan Ternate ini menjangkau wilayah Kepulauan Banda yang merupakan wilayah produsen pala terbesar, dan Solor yang merupakan pintu utama perniagaan cendana di Timor.
Pengaruh Ternate (entah pengaruhnya besar atau tidak) juga
mencapai Mindanao, Raja Ampat, Bima dan lainnya.
Selain itu ada beberapa wilayah yang menyatakan ketundukan-nya.
Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Ternate memiliki wilayah luas dan
pengaruhnya besar. Pada masa tersebut, Kesultanan Ternate adalah wilayah yang paling sejahtera jika dibandingkan wilayah-wilayah di kawasan sekitar.
Sultan Baabullah memiliki armada dengan ratusan ribu tentara yang tersebar dari Sulawesi hingga Papua.
Selama ini Kerajaan Majapahit dengan duet tokohnya yang terkenal yaitu Hayam
Wuruk dan Gadjah Mada boleh-boleh saja disebut penguasa tersukses karena
menguasai sebagian besar wilayah Nusantara.
Tapi setelah era Majapahit, tidak
ada lagi kerajaan di Jawa yang punya kedigdayaan sebesar itu, adapun di timur
nusantara berdiri Kesultanan Ternate yang begitu disegani di Nusantara dan
Dunia pada abad ke-16.
Dialah Sultan Baabullah yang membungkam kesombongan orang-orang Portugis,
selain itu beliau punya jasa besar terhadap tersebarnya Islam di timur
Nusantara, khususnya di wilayah-wilayah sekitar Kesultanan Ternate.
Berkat
perjuangan Sultan Baabullah, Portugis gagal menjadikan timur Nusantara menjadi
mayoritas Katolik. Sebaliknya, Sultan bekerja keras agar dakwah Islamiyah bisa
tersebar cepat di timur Nusantara.
Banyak kerajaan yang bernaung di bawah panji-panji Kesultanan Ternate, selain
itu banyak wilayah yang menyatakan loyalitas maupun bergabung dengan
Kesultanan Ternate. Bahkan Sultan punya perwakilan yang ditempatkan di
Sumatera, Jawa hingga Papua.
Khusus di Papua, banyak wilayah yang berhasil dirangkul Sultan Baabullah. Hal yang menakjubkan,
wilayah yang ditaklukan Kesultanan Ternate hingga mencapai Kepulauan Marshall
di kawasan Mikronesia dan Mindanao di Filipina.
Walaupun wilayah Kesultanan Ternate terlampau luas, tapi Sultan Baabullah
tetap membuka pintu untuk bangsa Eropa, bahkan keinginan Sultan untuk
merangkul semua bangsa seperti Eropa, Arab, China, Turki dan lainnya.
Dalam kepemimpinan-nya, Sultan Baabullah berpegang teguh untuk menjalankan
keinginan ayahnya untuk menjalin hubungan erat dengan negeri-negeri Muslim yang ada di dunia.
Sekitar tahun 1570 terjadi perlawanan besar-besaran wilayah jajahan Portugis,
dimana Kesultanan Turki Usmani memberikan dukungan besar untuk negeri-negeri
Muslim yang ditindas bangsa Eropa.
Melihat negeri-negeri Muslim di banyak wilayah di dunia
kompak untuk melakukan perjuangan, Sultan pun
semakin semangat untuk bangkit melawan Portugis. Catatan sejarah menyebutkan adanya relasi erat antara Ternate dan tokoh-tokoh
Muslim dari Aceh, Melayu bahkan Mekkah.
Dikalahkan-nya Portugis sehingga terbukanya lagi arus perniagaan, yang menghidupkan rute perniagaan klasik yang menautkan negeri-negeri di Asia. Penyebaran Islam berjalan sangat pesat
pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah.
Pada Juli 1583 Sultan Baabullah wafat. Sampai kini tidak diketahui
dengan jelas penyebab kematiannya Sultan, para ahli sejarah masih
memperdebatkannya, tapi yang pasti Sultan Baabullah adalah pemimpin terbesar Ternate. Penerusnya adalah putranya
Said Barakati (memimpin pada 1583-1606).
Sultan Said menjadi suksesor dalam perjuangan menangkal
agresivitas Portugis di timur Nusantara, hingga beberapa kali terjadi
pertempuran.
Sultan Baabullah merupakan tokoh besar yang sangat berjasa dalam membenamkan dominasi Portugis yang lebih superior dalam hal teknologi dan senjata.
Beliau membangun strategi kemaritiman yang sangat rapih dan terstruktur. Sehingga sangat pantas jika beliau disebutkan sebagai sosok
yang menginspirasi kemaritiman Bangsa Indonesia.
TOPIK TERKAIT
- Biografi Laksamana Malahayati (1550-1615), Pahlawan Nasional dari Aceh
- Sejarah Sultan Iskandar Muda (1593-1636) Cerita Perjuangan
- Sejarah Sultan Hasanuddin (1631-1670) dari Kerajaan Gowa, Sulawesi
- Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1695), Kesultanan Banten
- Sejarah Pangeran Diponegoro (1785-1855), Perang Jawa Melawan Belanda
- Biografi Cut Nyak Dien (1848-1908) Cerita Sejarah Perjuangan Lawan Belanda
Baca Juga: