Orangtua perlu bersikap tegas, yaitu memberikan konsekuensi saat anak melakukan hal buruk. Sayangnya ada banyak kesalahan yang dilakukan orangtua dalam menghukum anak, sehingga proses pendisiplinan yang dilakukan malah kontra produktif.
Apalagi seringkali orangtua mencoba mendisiplinkan anak dalam keadaan emosi. Meskipun perilaku anak membuat jengkel, hindari menghukum mereka dengan amarah.
Cara Menghukum Anak yang Mendidik
1. Hindari Kekerasan
Tindakan berteriak, membentak, memaki bahkan memukul anak atas kesalahannya, justru membuat keadaan semakin parah. Tindakan seperti itu tidak akan bisa membuat anak sadar atas kesalahannya. Yang ada, justru kelakuan buruk anak semakin menjadi-jadi.
2. Orangtua Harus Kuasai Emosi
Saat orangtua geram karena kelakuan anak, maka langkah awal yaitu orangtua perlu menguasai diri sendiri dulu, hindari bertindak dan berucap dikala kemarahan memuncak.
Setelah emosi stabil (mereda) barulah mulai mengobrol bersama anak tentang kesalahannya. Anak bakal mau mendengarkan jika orangtua melakukan interaksi (komunikasi) secara rileks. Adapun memarahi dan berteriak pada anak, enggak bakal membuatnya sadar atas kesalahannya.
Hindari hukuman fisik karena itu bukan cara yang efektif, orangtua perlu
mencari bentuk hukuman yang mendidik. Ingat, orangtua berperan sebagai
pendidik dan pengasuh anak, bukan sebagai ‘algojo’ bagi anak.
3. Konsisten
Cara menghukum anak yang benar yaitu pastikan orangtua harus bisa konsisten sebelumnya. Banyak orangtua tak konsisten saat menanggapi kesalahan anak. Kenakalan anak yang sama tapi
ditanggapi berbeda dari waktu ke waktu.
Terkadang orangtua memberikan
konsekuensi, terkadang tidak, dan terkadang memberikan hukuman yang tidak
wajar (terlalu berat).
Kejadian seperti ini tentu menimbulkan kebingungan pada
anak, ketidak-konsistenan yang orangtua lakukan menyebabkan wibawa orangtua
jatuh di mata anak.
Misalnya, suatu waktu anak berbicara kotor, tapi orangtua hanya tertawa. Tapi
di waktu lain, kata yang sama keluar dari mulutnya lalu orangtua menghukumnya. Keanehan respon orangtua ini bakal bikin anak heran tentang mana yang boleh dan tidak boleh.
Orangtua harus konsisten dan bersikap tegas, lalu bangun komunikasi
yang jelas antara orangtua dan anak. Sikap konsisten orangtua sangat penting supaya anak memahami serta mampu membedakan perilaku yang baik dan buruk.
4. Bentuk Hukuman yang Berhubungan
Anak bakal lebih memahami apabila hukuman sesuai dengan kesalahannya. Contohnya: anak mengotori
lantai, maka hukumannya yaitu anak wajib membersihkan lantai yang
dikotorinya.
Bukannya malah memarahi dan memaki anak karena yang ada nantinya
anak jadi sakit hati dan membenci orangtuanya sendiri.
Contoh lainnya: anak nilainya jelek karena malas belajar dan sering main game,
maka hukumannya yaitu anak tidak boleh main smartphone.
Bentuk hukuman hendaknya berkolerasi pada kesalahan anak, dengan begitu anak akan
belajar tentang akibat dan konsekuensi dari perbuatannya sendiri.
5. Hukuman Harus Fair
Hukuman wajar dan adil yaitu ditimbang dari kekeliruan yang
diperbuat. Jika anak hanya melakukan kesalahan kecil maka hukuman ringan, adapun hukuman berat hanya diberlakukan apabila kesalahan anak begitu parah. Bentuk hukuman juga harus diselaraskan pada umur anak.
6. Apresiasi
Setelah anak berhasil menyelesaikan hukumannya secara mulus, pastikan memuji anak karena telah mau bertanggung jawab. Pujian yang diberikan oleh orangtuanya, menjadikan anak nantinya lapang dada dalam menerima konsekuensi, serta mau introspeksi diri atas kekeliruannya dan tak lagi mengulangi.
7. Kompak
Ayah dan ibu harus kompak. Penting bagi ayah dan ibu kompak dalam
mendidik anak. Bila memang Anda tidak sepakat dengan pasangan, hindari
berdebat di depan anak. Bicarakanlah secara tersembuyi tentang rasa tidak
setuju Anda terhadap pasangan, jangan sampai terlihat anak-anak.
Penting bagi
ayah dan ibu bisa bersepakat tentang bentuk pola asuh anak. Jika ayah dan ibu
tidak kompak, hal itu dapat meruntuhkan rasa kepercayaan anak terhadap kedua
orangtuanya.
8. Dialog dengan Anak
Sekedar menegur, memarahi atau menceramahi anak
tidak akan membuat anak memperbaiki diri, anak sekedar mendengar tapi enggak akan mau memahami dan merenungkannya.
Pendekatan cerdas yaitu
melakukan dialog dua arah bersama anak, guna mencari akar masalah (penyebab)
dari sikap atau kelakuan buruk anak. Selain itu berikan anak kesempatan yang
luas buat berbicara.
Mengadakan obrolan semacam ini sangat penting supaya orangtua bisa memahami kondisi anak secara akurat. Dengan memahami kondisi
anak, sehingga akan sangat mempermudah orangtua guna mencari solusi dari
problematika anak.
Acapkali anak mengerjakan sesuatu yang tak dipahaminya, anak tak memahami
apa yang diperbuatnya itu benar atau salah. Sehingga jangan memvonis anak
dengan sebutan 'bandel', 'nakal' dll.
9. Hindari Membandingkan Anak
Saat menghukum anak, hindari mengatakan
hal-hal yang gak perlu, termasuk membanding-bandingkan anak dengan orang
lain. Anak sangat benci dan sakit hati apabila dibanding-bandingkan.
Akibat orangtua suka membandingkan anak, menyebabkan anak merasa bahwa
keberadaannya tak diinginkan orangtuanya, bahkan anak bakal berpikir orangtuanya
tak menerima dirinya apa adanya.
Ucapan semisal “Teman kamu bisa, mengapa kamu enggak”.
Contoh ucapan seperti ini mustahil bikin anak tergugah, malah memunculkan
penolakan dan kebencian di hati anak.
10. Hal Lainnya
Anak punya energi tak terbatas (sangat tinggi) menyebabkan anak rentan
melakukan hal apapun yang membuatnya penasaran, akibatnya seringkali anak
melakukan hal negatif (buruk) yang tidak disadarinya.
Oleh karena itu, Anda hendaknya mencari cara agar bisa menyalurkan energi berlebih anak,
diantaranya:
- Sediakan waktu permainan fisik dan bercengkrama bareng anak di halaman rumah. Lebih bagus lagi apabila dekat tempat tinggal Anda punya fasilitas taman bermain buat anak (seperti perosotan dll), itu bagus sekali supaya energinya dikeluarkan secara sehat.
- Mengajak anak bersepeda di sekitar. Tatkala akhir pekan hendaknya mengajak anak bersepeda di car free day atau lainnya yang menyenangkan dan mungkin ramai.
- Mengajak anak main sepatu roda, layangan dan lainnya.
- Mendaftarkan anak ke klub olahraga. Cari tahu yang disukainya, misalnya berenang, basket, bela diri dll.
Hindari pemberian hukuman yang berlebihan atau tidak wajar yang bisa mengakibatkan trauma pada jiwa anak.
Contoh Kesalahan dalam Menghukum Anak
- Menempatkan anak di area gelap maupun tertutup.
- Melakukan tindakan kasar yakni menampar, menendang dll.
- Mengomeli anak di tempat umum, ini akan bikin dia malu dan bisa memicu kehilangan harga diri.
- Dilarang makan. Ini bisa membahayakan proses tumbuh-kembang anak.
- Menghina dan membanding-bandingkan anak. Ini mengakibatkan masalah serius pada psikis anak, misalnya anak bakal merasa dirinya sebagai seorang pecundang, yang perasaan ini akan terus terbawa hingga dewasa.
- Menghukum dengan membebankan tugas rumah secara tak wajar, tanpa mempertimbangkan kemampuan anak.
- Hukuman berupa anak dipaksa belajar terus-menerus dengan durasi tak wajar. Ini justru mengakibatkan perasaan trauma dalam diri anak terhadap aktivitas belajar.
- Membuang mainan anak. Anak bakal sakit hati dan dendam karena mainannya dibuang.
- Mengusir anak dari rumah.
- Tidak diperbolehkan masuk rumah hingga berjam-jam.
TOPIK TERKAIT
- 7 Cara Agar Anak Mau Minta Maaf dan Mengakui Kesalahan
- 20 Tips Mengasuh dan Mendampingi Anak ADHD (Hiperaktif)
- 9 Penyebab Anak Sering Melawan Orang Tua (Cara Mengatasi)
- 11 Cara Mengatasi Anak Cengeng dan Keras Kepala
- 8 Dampak Buruk Memaksa Anak Berhenti Menangis
- 11 Cara Mengajarkan Anak Agar Disiplin dan Tanggung Jawab
- 6 Cara Menenangkan Anak Menangis dan Mengamuk
- 14 Cara Mengatasi Anak Tantrum dengan Tepat (Penyebab & Tanda-Tandanya)
Baca Juga: