Menghadapi anak yang suka marah, berteriak bahkan memukul merupakan hal yang
sangat berat, sehingga sangatlah penting bagi orangtua untuk aktif mengajarkan
anak mengatur emosinya.
Orang dewasa biasanya sudah mampu mempertahankan ketenangan saat sedang emosi, ini karena sudah terbiasa dan terlatih puluhan tahun mengenali dan mengatasi perasaan yang muncul. Latihan mengenali dan mengatasi perasaan yang muncul bisa dimulai sejak anak berusia dini, disinilah peran penting orangtua terhadap anak-anaknya.
Sebenarnya kemarahan adalah respon emosional yang normal, terlebih lagi bagi anak-anak yang sering dihadapkan pada situasi yang tidak diketahuinya, sehingga hal yang umum bahwa anak-anak di bawah usia 7 tahun mudah emosi, itu adalah bagian alami dari pembelajaran mengelola emosi.
Kemampuan mengendalikan emosi bukanlah perkara yang mudah dan tidak bisa
dicapai hanya dalam sehari, butuh usaha dan waktu panjang hingga akhirnya anak
mampu secara perlahan menguasai diri dan mampu mengelola emosinya, sehingga
mengajarkan anak manajemen emosi hendaknya dilakukan sejak dini.
Anak perlu mengetahui cara mengidentifikasi tanda-tanda emosi, menyalurkan
emosi secara sehat, hingga menemukan cara yang tenang dan produktif sebelum
melakukan tindakan. Jika anak mampu mengelola emosinya dengan baik, hal ini
sangat penting karena membantu anak menghindari ledakan kemarahan.
Ajarkan anak cara menenangkan diri, kemampuan ini sangatlah penting. Salah
satu caranya yaitu ajarkan anak pentingnya beristirahat saat sedang lelah atau
saat pikiran sedang sumpek karena membantu memperbaiki emosi atau suasana
hati. Supaya anak dapat beristirahat dengan baik, maka pastikan kamarnya
dibuat senyaman mungkin.
Ajarkan anak untuk menarik napas dalam-dalam saat sedang emosi atau dalam
kondisi yang tidak nyaman, caranya yaitu menarik napas dalam-dalam secara
perlahan lalu menghembuskannya, lakukan sebanyak 2-3 kali. Teknik ini mungkin
sederhana dan tampak sepele, namun telah terbukti dapat menenangkan serta
mengurangi perasaan tertekan dan pikiran yang ruwet.
Ajak anak mencari cara melepaskan ketegangan, biasanya dengan meremas benda
tertentu dapat membantu melepaskan ketegangan yang dirasakannya, misalnya
meremas bola karet seukuran tangan, atau lainnya. Tindakan ini akan
mengalihkan perhatian dari pemicu kecemasan dan menjadi sarana agar merasa
lebih santai. Edukasi anak untuk melampiaskan emosi dengan cara benar dan
tidak merusak.
Aktivitas fisik bisa menjadi cara bagus menyalurkan ketegangan saraf, dimana
aktivitas seperti olahraga bermanfaat untuk melepaskan endorfin yang dapat
meningkatkan mood (suasana hati) dan membuat perasaan tenang. Sehingga dorong
atau motivasi anak untuk aktif berolahraga.
Ajarkan anak mengungkapkan perasaan. Anak-anak yang berteriak,
menjerit, melempar benda, memukul dan menendang saat marah, itu karena mereka
tidak tahu cara mengekspresikan perasaan atau emosinya. Bantu anak untuk
mengidentifikasi perasaannya sendiri dan mengenali penyebab di balik emosi
tersebut, ini penting agar anak mampu mengatasi emosi yang kompleks.
Anak-anak belajar segalanya dari pengalaman mereka, dimana anak kecil tidak
akan paham perasaan yang sedang dirasakan sampai seseorang menjelaskan
kepadanya, jelaskan tentang berbagai macam perasaan seperti marah, sedih,
bosan, kecewa, gembira dll. Pada awalnya, anak kecil tentu tidak memahami
tentang apa yang dirasakannya, namun dengan pembiasaan dan bantuan dari
orangtua, anak akan terus belajar dari berbagai perasaan yang dialaminya.
Ajarkan anak untuk membagikan perasaannya, sebagian anak suka memendam
perasaan karena kesalahan orangtuanya sendiri, seperti saat anak berkata
“Aku lagi sedih”, “Aku lagi kecewa”,
“Aku lagi bosan” tetapi orangtua justru memberikan respon negatif.
Akibatnya setelah itu anak lebih suka memendam perasaannya.
Orangtua perlu berperan aktif mendorong anak agar mau membagikan perasaannya,
hal ini penting karena anak-anak yang suka menyembunyikan atau memendam
perasaannya biasanya akan kesulitan (canggung atau tidak mampu) untuk
mengekspresikan perasaannya.
Anak-anak yang kesulitan atau jarang mengekspresikan perasaannya biasanya
memiliki masalah gangguan emosi. Saat anak mengekspresikan perasaannya,
orangtua seharusnya memberikan respon positif dan jangan pernah menyepelekan
perasaan anak.
Pembelajaran melalui lingkungan sekitar (khususnya lingkungan keluarga) sangat
mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak-anak akan meniru emosi dari yang
dilihatnya di lingkungan paling dekat dan sering (berulang-ulang). Saat
orangtua menunjukkan kebahagiannya melalui wajah tersenyum, anak juga akan
memantulkan kebahagiaan yang sama.
Orangtua menjadi garda terdepan sebagai teladan anak untuk mengelola emosinya,
jika orangtua suka marah-marah dan mengangkat suara, jangan heran anak
nantinya juga punya sifat suka marah, ngambekan bahkan mengamuk. Ingat anak
adalah peniru ulung, khususnya anak akan meniru orangtuanya.
Oleh karena itu sebelum memperbaiki anak, orangtua perlu memperbaiki diri
sendiri terlebih dahulu sehingga menjadi teladan yang positif bagi anak, lalu
tunjukan contoh/praktek nyata. Para ahli menjelaskan bahwa anak-anak tidak
bisa belajar mengendalikan emosi secara baik jika ia melihat contoh orangtua
yang meledak-ledak.
Sebaliknya, orangtua bisa membantu anak dalam mengelola emosinya dengan
memberikan contoh tidak agresif saat mengekspresikan kemarahan.
Orangtua adalah cermin yang akan memantulkan gambaran kepribadian anak,
sehingga berbagai perkataan dan tindakan orangtua akan diamati anak dan
disimpan sebagai pengalaman dalam hidupnya. Anak akan menyimpan ingatan
tersebut dan akan memanggilnya kembali saat ia hendak melakukan hal yang sama.
Bonding yang erat antara orangtua dan anak sangatlah penting untuk
perkembangan emosi anak. Jika anak dekat dengan orangtuanya dan mempercayai
orangtuanya sebagai tempat yang aman untuknya, maka anak akan meyakini bahwa
apapun situasi sulit yang dihadapi, ada orangtuanya yang dapat diandalkan
sebagai tempat aman untuknya.
Sangat penting anak dapat tumbuh dan berkembang dengan perasaan aman, nyaman
dan bahagia karena ini berkaitan dengan perkembangan psikis dan emosinya.
Anak butuh kesempatan berlatih untuk mengelola emosinya, ia bisa bermain
dengan teman-temannya sehingga akan berinteraksi dan menemui beragam karakter
yang bisa mengasah pengendalian emosinya. Kemungkinan akan muncul
permasalahan, maka tidak perlu melarang anak marah, karena ini justru membuat
anak berpikir perasaannya dianggap tidak penting oleh orangtuanya.
Yang perlu diperhatikan adalah menjaga rasa marah anak masih dalam batas
wajar, orangtua perlu bentindak jika kemarahan anak melampaui batas, ingatkan
anak bahwa tindakan agresif itu tidak baik. Orangtua harus menjadi sosok yang
supportif untuk anak, saat anak mampu mengendalikan emosinya dengan baik maka
orangtua harus memberikan penghargaan atau pujian, sesekali belikan hadiah.
Hal itu dapat menjadi dukungan positif bagi anak dan membuatnya semakin
bersemangat untuk berprilaku positif, selain itu anak juga menyadari bahwa
orangtuanya sangat bahagia jika dirinya mampu mengendalikan emosi.
Baca Juga: