Balita suka memukul tentu membuat orangtua khawatir dan was-was, dimana
orangtua mewanti-wanti si Kecil jangan sampai memukul temannya hingga
menangis. Orangtua jangan sampai frustrasi terhadap perilaku si Kecil, pasti
ada alasan dibalik gangguan prilakunya.
Perilaku agresif balita sebenarnya merupakan bagian dari tahap awal perkembangan yang umum terjadi, sehingga anak Anda tidak sendirian karena banyak anak yang punya gangguan prilaku sebagai bagian dari tahap tumbuh-kembangnya.
Anda perlu memikirkan berbagai kemungkinan alasan si Kecil suka memukul,
misalnya karena si Kecil belum lancar bicara maka tangan menjadi alat
komunikasi mereka, sehingga anak memukul sebagai bentuk komunikasi. Anda perlu
mencari tahu alasan-alasan dibalik sifat agresif si Kecil.
Balita yang posesif terhadap mainannya bisa menjadi agresif jika mainannya
diambil, si Kecil juga mungkin memukul saat habis kesabaran karena anak lain
tidak mau bergantian menggunakan mainan. si Kecil mungkin awalnya mencoba
berbicara untuk minta bergantian menggunakan mainan, tapi jika kata-katanya
dicueki oleh anak lain, ia mungkin akan mencari perhatian dengan cara memukul.
Balita juga bisa menjadi agresif atau memukul karena tidak mampu mengungkapkan
perasaan atau keinginannya, dimana rasa frustasi yang dialaminya mengakibatkan
si Kecil melakukan tindakan kasar. Apalagi anak usia balita biasanya belum
punya perbendaharaan kata yang banyak, sehingga sering kesulitan menemukan
kata-kata untuk mengungkapkan keinginannya. Saat si Kecil sudah sampai tahap
frustrasi, ia melakukan tindakan memukul sebagai cara untuk mengekspresikan
diri.
Si Kecil juga bisa memukul saat merasa tidak nyaman seperti lelah,
lapar, haus, bosan dll. Oleh karena itu Anda harus benar-benar menjaga
kenyamanan si Kecil, pastikan sudah cukup istirahat, makan dan minum. Sehingga
saat si Kecil bermain bersama temannya, ia sudah dalam keadaan fit dan nyaman.
Balita bisa saja tiba-tiba menjadi agresif seperti suka memukul atau menggigit
saat terjadi perubahan besar dalam lingkungan kehidupannya, seperti kelahiran
adik baru dan pindah rumah. Bahkan sekedar melihat kekerasan di sekitar
ataupun di TV, maka si Kecil bisa saja meniru bentuk kekerasan yang
dilihatnya.
Kurangnya aktivitas untuk menyalurkan energi juga turut memicu sifat
agresif dalam diri balita, dimana si Kecil bisa menjadi agresif karena tidak
punya ruang untuk menyalurkan energinya. Oleh karena itu ajaklah anak
beraktivitas, bermain atau berolahraga untuk menyalurkan energinya yang besar.
Jika energi anak tidak tersalurkan untuk hal-hal positif, maka anak akan
menyalurkan energinya untuk hal-hal negatif.
Balita suka memukul biasanya karena mencontoh lingkungannya, sehingga hindari
perilaku kekerasan. Tindakan keliru orangtua dalam mendisiplinkan anak seperti
membentak, mencubit dan memukul justru membuat anak semakin agresif. Dalam
memberi pelajaran pada si Kecil maka butuh kesabaran dengan cara yang lembut.
Mengajari anak tidak bisa dalam semalam, melainkan itu suatu yang butuh proses
dan bersifat jangka panjang.
Ajarkan si Kecil cara meminta maaf, untuk mengajarinya maka orangtua
perlu mencontohkan nya. Bukanlah sebuah aib jika orangtua meminta maaf kepada
si Kecil, justru ini bagus sebagai pengajaran. Si Kecil akan mencontoh
orangtuanya cara meminta maaf, sehingga biasakan budaya di keluarga untuk
meminta maaf saat melakukan kesalahan, terapkan ini pada semua orang di
keluarga.
Mintalah si Kecil untuk meminta maaf jika ia memukul temannya, meski ia
menolak atau tidak tulus, setidaknya si Kecil mendapatkan pengajaran tentang
perlunya meminta maaf, sehingga nantinya ia akan mulai familiar dengan
kebiasaan baik ini. Secara umum, sangat penting bagi para orangtua untuk
menanamkan berbagai kebiasaan baik pada anak-anaknya sejak dini.
Walaupun si Kecil belum mampu membayangkan dirinya di posisi anak yang
dipukulnya, tapi kebiasaan bak ini perlahan-lahan akan meresap dalam dirinya,
sehingga nantinya si Kecil belajar dan mulai menyadari konsekuensi dari
tindakannya. Orangtua perlu secara rutin mengajarkan kewajiban meminta maaf
jika si Kecil melakukan kesalahan.
Saat Si Kecil dalam kondisi tenang, orangtua perlu mengajak si Kecil
berdiskusi atau mengobrol tentang tindakannya, nasihati si Kecil dengan lembut
tapi tegas, berikan pemahaman kepadanya bahwa menyakiti orang lain itu tidak
baik.
Untuk membantu balita dalam meregulasi emosinya, jelaskan kepadanya
bahwa emosi atau merasa marah itu tidak apa-apa, tapi ada batasan untuk tidak
menyakiti atau memukul teman. Ajarkan bahwa fungsi tangan itu untuk melakukan
hal-hal baik seperti memeluk dll. Orangtua perlu mencontohkannya pertama kali,
sehingga biasakan dalam keseharian untuk memeluk, membelai maupun memijat Si
Kecil, sehingga si Kecil nantinya akan belajar untuk menggunakan tangan untuk
hal-hal baik.
Jika suatu waktu ia terlihat ingin memukul, maka orangtua dapat
mengalihkannya, misalnya dengan melakukan 'Tos!' atau hal-hal yang lebih
positif lainnya.
Orangtua bisa memberikan konsekuensi yang dapat secara efektif menghilangkan
kebiasaan buruk anak. Memberikan hukuman tentu harus dengan cara yang elegan
dan hasilnya efektif, misalnya peringatkan anak untuk tidak memukul, jika anak
melanggar maka ajarkan konsekuensinya seperti mengurangi waktu bermain bersama
mainan favoritnya dll.
Lindungi si Kecil dari paparan adegan kekerasan di TV, ia akan meniru
hal-hal negatif yang dilihatnya. Perkuat alam bahwa sadar anak terhadap
perilaku baik, dimana kesalahan banyak orangtua yaitu bertindak saat anak
bertingkah buruk, tapi diam saja saat anak berprilaku baik. Sehingga kesannya
orangtua hanya memberikan perhatian ketika anak berprilaku buruk, akibatnya
saat anak ingin perhatian maka ia melakukanya dengan cara berprilaku buruk.
Seharusnya orangtua rajin memberikan apresiasi atau pujian saat anak
berprilaku baik, sesekali berikan hadiah. Hal ini membuat anak sadar bahwa
prilaku baik membuat orangtuanya bahagia, sehingga anak kedepannya semakin
bersemangat untuk berprilaku baik.
Anak agresif atau memukul temannya bisa saja karena kesulitan untuk
berkomunikasi, maka orangtua harus berperan aktif mengajarkan anak. Misalnya
saat ia ingin bermain ayunan, ajarkan caranya bertanya pada teman sebayanya
untuk bergantian dalam bermain.
Dengan kemampuan komunikasi yang baik, nantinya dapat secara efektif
mengurangi prilaku agresif si Kecil. Agar balita punya kemampuan berkomunikasi
yang baik, orangtua perlu sering-sering mengajak mengobrol, si Kecil dengan
kosa kata yang kaya biasanya lebih terhindar dari sifat agresif.
Berikan si Kecil keleluasaan dalam bergerak sehingga lebih aktif. Si
Kecil bisa berperilaku agresif karena merasa terkekang atau adanya emosi
terpendam, apalagi jika ia termasuk anak yang bersemangat dan berenergi
tinggi, maka hindari tindakan yang mengekang karena berdampak buruk terhadap
psikis dan proses tumbuh kembangnya.
Tumbuhkan empati di dalam diri si Kecil, mengajarkan rasa empati dapat
dilakukan bahkan saat anak masih berusia 2-3 tahun. Cobalah mengatakan
padanya, misalnya:
“Bagaimana perasaanmu kalau dipukul, sakit kan... kalau begitu jangan
memukul temanmu”
“Temanmu akan merasa sakit dan sedih jika dipukul.”
Lalu jangan lupa mengajari si kecil caranya minta maaf. Untuk mengajari si
Kecil, tentu perlu memberikan contoh yang baik, akan sangat sulit mengajarkan
untuk tidak memukul bila orangtua sendiri suka marah, berbicara dengan nada
tinggi, menyentil, mencubit, memukul atau lainnya. Apalagi mengatakan “kamu jahat”
atau “kamu nakal” hanya akan memperburuk perasaan si Kecil dan
membuatnya semakin agresif.
Pendekatan yang seharusnya orangtua lakukan yaitu dengan cara yang lembut.
Jika memang kondisi darurat seperti si Kecil bisa mengalami bahaya karena
prilakunya sendiri, maka barulah orangtua bisa mengubah nada suara menjadi
lebih serius dan tegas agar ia berhenti.
Penutup: Dalam berperilaku, si Kecil biasanya meniru orang dewasa,
khsusnya orangtuanya. Ia akan mempelajari efek dari perilakunya terhadap orang
lain (terutama figur dekatnya) seperti ketika ia menjambak, memukul, menggigit
atau menyebutkan kata-kata tertentu. Perilaku yang mendapatkan respons yang ia
anggap positif, akan cenderung diulang.
Sehingga jika ada perilakunya yang kurang baik maka orangtua harus aktif
mengajarinya untuk menghentikan perilaku tersebut. Misalnya saat si Kecil
mulai memukul maka peganglah tangannya dengan lembut, lalu arahkan ke tubuh
Anda dengan gerakan seperti mengelus, sambil katakan,
“Tangan untuk mengelus.”
Tapi jika ia menarik tangannya dan kembali ingin memukul, maka katakan dengan
tegas bahwa itu sakit. Ada kemungkinan pada awal proses anak akan marah lalu
menangis karena tidak dapat melakukan hal yang menjadi kesenangannya (yaitu
memukul). Peluk ia, katakan bahwa Anda menyayanginya.
Pahamkan anak kembali bahwa apa yang dilakukannya tidak baik. Orangtua juga
perlu memperhatikan tontonan anak yang dapat memicu perilaku agresif, gantilah
tontonan-tontonan yang kurang baik.
Baca Juga: