Kalau dipikir-pikir multitasking sepertinya ide yang bagus, mengerjakan
beberapa tugas sekaligus dalam satu waktu membuat Anda tampak lebih produktif,
hal ini memang benar secara teori. Hanya saja walau multitasking tampaknya
bagus, tapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa multitasking justru merusak
produktivitas dan berbahaya.
Bahkan pada sebuah studi terbaru oleh para peneliti di University of Waterloo
menunjukkan bahwa multitasking dapat membuat orang-orang menjadi lebih
linglung dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga ini justru menghambat
kinerja daripada membantu. Sebelum Anda memutuskan untuk menangani dua
pekerjaan sekaligus dalam satu waktu, berikut beberapa alasan mengapa
multitasking adalah hal yang buruk.
1. Membuat Anda Lebih Rentan Melakukan Kesalahan
Multitasking membuat Anda sering beralih antar tugas, penelitian menunjukan
bahwa hal ini akan menguras sumber daya kognitif yang menyebabkan Anda lebih
rentan terhadap kesalahan. Otak yang bertanggung jawab untuk fungsi penalaran,
pengambilan keputusan dan kemampuan belajar memiliki kapasitas yang terbatas,
adapun tugas kompleks memiliki beban kognitif yang sangat tinggi.
Mencoba melakukan beberapa tugas kompleks sekaligus, maka terlalu banyak hal
untuk ditangani otak, sehingga akan cenderung membuat kesalahan. Apalagi jika
Anda menambahkan tugas ketiga, penelitian menunjukan hal ini akan menyebabkan
Anda tiga kali lipat lebih beresiko melakukan kesalahan daripada saat Anda
melakukan dua tugas sekaligus.
Anda hanya bisa melakukan multitasking pada tugas dengan beban kognitif yang
rendah. Misalnya jalan-jalan sambil makan snack dan dengerin podcast favorit.
2. Multitasking Menyebabkan Masalah Memori (Daya Ingat)
Pada penelitian yang
dipublikasikan di Psychonomic Bulletin & Review tahun 2016 menemukan bahwa
orang-orang yang sering melakukan multitasking mengalami penurunan ‘memori
kerja’ yaitu kemampuan menyimpan informasi yang relevan saat mengerjakan
tugas, serta penurunan memori jangka panjang (kemampuan menyimpan dan
mengingat informasi dalam jangka waktu lama).
3. Multitasking Menyebabkan Peningkatan Distraksi
Pada sebuah
penelitian tahun 2016, selama periode tujuh hari para peneliti mempelajari multitasking
orang-orang di rumahnya. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa semakin sering
orang-orang melakukan multitasking, semakin besar kemungkinan mereka
menunjukkan gangguan perilaku. Peneliti beransumsi bahwa multitasking membuat
seseorang menanggapi begitu banyak gangguan, yang akibatnya seseorang bisa
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara gangguan penting dan tidak
penting.
4. Multitasking Meningkatkan Resiko Stres Kronis
Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin sering mahasiswa melakukan
multitasking saat menggunakan komputer, semakin banyak stres yang mereka
alami. Terlalu banyak informasi atau hal-hal yang mereka coba tanggapi dapat
memicu stres. Peneliti menjelaskan bahwa terlalu sering melakukan multitasking
dapat menyebabkan stres kronis.
5. Multitasking Meningkatkan Resiko Depresi dan Kecemasan Sosial
Peneliti memeriksa hubungan antara multitasking, penggunaan media dan
kesehatan emosional.
Tim peneliti
menemukan bahwa semakin sering peserta melakukan banyak tugas (multitasking),
semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala depresi dan kecemasan sosial
.
6. Menjadi Lebih Mudah Kehilangan Fokus
Multitasking dapat menyebabkan seseorang punya masalah fokus, karena memang
pada dasarnya sulit untuk fokus pada dua hal sekaligus. Membalas email di
tengah panggilan telepon tampaknya oke-oke saja, tapi jika itu dibiasakan akan
berdampak buruk terhadap kemampuan fokus Anda. Oleh karena itu, jika fokus
Anda sering hilang atau konsentrasi mudah buyar, bisa saja itu karena Anda
selama ini punya kebiasaan multitasking yang berlebihan.
7. Peforma Kerja Menurun
Pada sebuah
penelitian yang
dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences of
the United States of America menemukan bahwa seiring berjalannya waktu,
kebiasaan multitasking dapat mengubah cara fungsi otak yang menyebabkan
penurunan produktivitas.
Bahkan ketika multitasker (orang yang sering melakukan multitasking) mencoba
fokus pada satu tugas, mereka tetap akan kurang efisien. Dengan kata lain,
saat hanya mengerjakan satu tugas tapi tetap saja hasilnya tidak optimal,
akibat dari sudah terlalu sering multitasking. Dengan begitu, kebiasaan
multitasking yang berlebihan dapat menyebabkan peforma kerja menurun. Akan
lebih baik jika Anda mencoba untuk fokus pada satu tugas.
8. Multitasking Dapat Menyebabkan Kerusakan Otak
Para peneliti di University of Sussex di Inggris membandingkan jumlah waktu
yang dihabiskan orang-orang di beberapa perangkat sekaligus (seperti mengirim
pesan teks sambil menonton TV, dll) dengan pemindaian MRI otak. Peneliti
menemukan bahwa orang-orang yang sering multitasking memiliki tingkat
kepadatan otak yang lebih rendah di korteks cingulate anterior, itu adalah
bagian yang bertanggung jawab untuk empati serta kontrol kognitif dan
emosional.
9. Banyak orang sukses seperti penulis hebat, seniman, musisi dan banyak lagi
melaporkan bahwa mereka bisa menjadi sangat kreatif dan produktif saat mereka
fokus sepenuhnya pada tugas yang ada. Disebutkan bahwa orang-orang yang sering
multitasking berisiko menjadi kurang produktif dan kurang kreatif.
10. Multitasking bisa membuat anda kurang produktif dan kurang efisien.
Umumnya orang mengira multitasking membuat mereka lebih produktif dan efisien,
tapi
hasil penelitian
menunjukkan kebalikan dari apa yang diyakini banyak orang, dimana peneliti
menemukan bahwa multitasking sebenarnya membuat peserta kurang efisien dan
kurang produktif.
11. Beralih di antara tugas-tugas membuat otak memakan lebih banyak glukosa,
akibatnya Anda menjadi mudah lelah, disamping Anda juga mudah bingung akibat
multitasking.
12. Multitasking tidak hanya buruk bagi otak, tapi juga buruk bagi kesehatan
tubuh. Multitasking meningkatkan hormon stres kortisol dan adrenalin, yang
dapat menyebabkan penyempitan arteri, peningkatan gula darah dan melemahkan
sistem kekebalan tubuh.
13. Multitasking justru memperlambat dan merusak pekerjaan, serta meningkatkan
resiko melakukan banyak kesalahan. Multitasking justru memperlambat Anda,
sehingga alih-alih meningkatkan produktivitas, justru memperlambat kecepatan
penyelesaian pekerjaan, akibat dari beralih bolak-balik di antara tugas-tugas.
Selain itu, multitasking juga melelahkan secara mental maupun fisik.
14. Beralih di antara tugas-tugas membutuhkan banyak energi, sehingga sering
multitasking membuat seseorang lebih cepat lelah dari biasanya. Selain itu,
para peneliti mengatakan bahwa multitasker biasanya mengonsumsi lebih banyak
makanan dan kafein.
15. Penelitian menemukan bahwa multitasking dapat menurunkan kecerdasan IQ.
Sebuah studi di University of London menemukan bahwa peserta yang melakukan
banyak tugas selama tugas kognitif mengalami penurunan skor IQ. Selain itu,
peneliti menyebutkan bahwa efek buruk multitasking pada otak (atau IQ) serupa
dengan merokok ganja atau begadang sepanjang malam. IQ turun 15 poin untuk
pria multitasking, menurunkan skor mereka ke kisaran rata-rata anak berusia 8
tahun.
16. Multitasking bisa sangat berbahaya pada kondisi seruis, misalnya
berkendara sambil menggunakan ponsel, sehingga banyak negara melarang
menggunakan ponsel saat mengemudi. Penggunaan ponsel sambil berkendara
beresiko besar menyebabkan kecelakaan.
Penutup: Sebenarnya masih memungkinkan bagi otak kita untuk melakukan
beberapa hal sekaligus, jika tugas yang dilakukan memiliki beban kognitif yang
rendah. Masalah muncul ketika Anda mencoba melakukan dua hal aktivitas
sekaligus yang membebani otak. Otak manusia sebenarnya tidak bisa memberikan
perhatian penuh pada dua tugas sekaligus. Beralih bolak-balik di antara
tugas-tugas mengakibatkan tidak ada tugas yang mendapatkan perhatian yang
layak.
Efek buruk multitasking pada otak dan tubuh yaitu:
- Penuaan otak dini.
- Meningkatnya stres, depresi, dan kecemasan.
- Kontrol impuls yang buruk.
- Kurangnya kemampuan untuk menyaring informasi yang tidak relevan.
- Lebih banyak kesalahan.
- Produktivitas keseluruhan yang lebih rendah.
- Jika sudah kebiasaan, multitasking bisa membuat ketagihan. Dengan kata lain sulit dihilangkan kebiasaannya.
Baca Juga: