Namanya anak-anak biasanya punya sifat egois dan susah dimengerti. Itu mengapa
ketika anak melakukan kesalahan tapi enggan untuk meminta maaf.
Orangtua perlu sabar-sabar menghadapi tingkah laku anak ini, apalagi saat anak
menolak untuk meminta maaf dan balik marah-marah pada orangtuanya.
Cara Agar Anak Mau Minta Maaf
1. Mencari Penyebabnya
Seringkali anak melakukan kesalahan tetapi tidak menyadarinya, bagaimana anak
minta maaf jika dia tidak merasa bersalah? Disinilah pentingnya peran Ayah dan
Bunda dalam mengedukasi anak dan menanamkan rasa empati dalam dirinya.
Ada banyak penyebab anak tidak mau minta maaf. Jadi saat anak menolak minta
maaf, orangtua jangan sampai terburu-buru memarahi anak karena akan semakin
mengacaukan keadaan.
Lebih baik ajarkan anak rasa empati, ajarkan anak bahwa tidak boleh menyakiti
orang lain. Rasa empati anak balita biasanya belum terbentuk matang, maka
jangan heran jika saat balita jelas-jelas melakukan hal buruk tapi dirinya
tampak tidak merasa bersalah.
Juga jangan pernah melabeli anak balita dengan label yang buruk seperti anak
nakal, anak cengeng dll. Apalagi balita belum bisa memahami dengan baik.
Yang perlu dilakukan orangtua adalah menstimulasi rasa empati anak, sembari
mengajarkan anak tentang mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang baik dan
buruk.
Selain itu, penyebab anak menolak minta maaf karena sifat egoisnya. Lagi-lagi
orangtua harus berlapang dada melihat tingkah laku anak, maka jangan terlalu
memaksa anak untuk minta maaf.
2. Jadi Teladan yang Baik
Anak kecil ini seperti kertas putih, dia akan mencontoh segala sifat dan
perilaku dari orangtuanya. Jadi para orangtua harus berhati-hati dan jangan
sampai memberikan contoh negatif ke anak.
Jika orangtua terbiasa memperlihatkan sikap rendah hati, maka anak pun bakal
tumbuh menjadi sosok yang rendah hati. Demikian juga, jika orangtua suka
marah-marah di rumah maka anak pun bakal tumbuh menjadi pribadi yang
tempramental, emosional dan sulit dinasehati.
Dengan begitu, jika orangtua ingin anaknya mengucapkan kalimat: “Aku minta
maaf” maka orangtua harus sering-sering mencontohkannya. Orangtua jangan ragu
untuk mengatakan “Bunda minta maaf” atau “Ayah minta maaf”.
Saat orangtua terbiasa untuk mengatakan maaf maka anak bakal menirunya.
Misalnya saat Bunda berbicara agak kasar atau keras, maka katakan ke anak:
“Bunda minta maaf karena udah ngomong kenceng-kenceng”. Demikian seterusnya.
3. Berikan Kesan Indah pada Tindakan Minta Maaf
Anak susah minta maaf karena merasa dirinya jadi rendah jika melakukannya.
Kemungkinan anak merasa bahwa tindakan meminta maaf adalah sesuatu yang
tercela, memalukan, rendahan dll.
Agar anak mau minta maaf maka berikan kesan indah pada tindakan meminta maaf.
Sejak anak masih kecil, tanamkan dalam dirinya bahwa meminta maaf adalah
sesuatu yang hebat, buatlah kesan seperti ini dalam hati anak.
Berilah anak pujian saat dia mengatakan “maaf”, sehingga anak menyadari bahwa
yang dilakukannya adalah hal yang bagus, terpuji dan disukai oleh orangtuanya.
Apresiasi dari orangtua akan membuat anak lebih termotivasi lagi.
Lalu orangtua juga bisa menjelaskan tentang manfaat dari meminta maaf seperti
menciptakan keharmonisan, membuat lebih bahagia, menghilangkan rasa dendam,
disayang Tuhan dll. Jelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami anak.
4. Edukasi Anak
Edukasi anak agar dia bisa memahami setiap perbuatannya dan dampaknya. Saat
anak melakukan tindakan atau perilaku buruk, anak harus diberitahu sehingga
dia memahami. Hal ini wajib dilakukan karena anak kecil biasanya masih
kesulitan dalam membedakan yang baik dan buruk.
Orangtua harus memberikan sinyal apakah setuju atau tidak terhadap perilaku
anak. Sebenarnya merupakan HAK anak yang sangat besar untuk diberitahu jika
dia melakukan kesalahan. Peran orangtua sangat besar dalam mengedukasi anak.
Anak juga harus diberitahu mengapa perbuatannya dinilai salah, sehingga anak
bisa mengetahui letak kekeliruannya.
Anak kecil (apalagi usia balita) biasanya belum memiliki kematangan dalam
berinteraksi dan bergaul, sehingga berbagai kesalahan yang dilakukan anak
merupakan bagian dari proses belajarnya.
Oleh karena itu orangtua jangan terlalu keras kepada kesalahan anak, perlu ada
kelonggaran disini. Tapi tetap, jika anak melakukan kesalahan maka perlu
diingatkan untuk meminta maaf.
5. Tanamkan Rasa Empati
Agar anak mau minta maaf maka stimulasi rasa empati dalam diri anak. Jangan
remehkan perasaan anak, bahkan anak sejak umur 5 tahun telah menyadari tentang
bagaimana dirinya ingin disikapi. Dengan begitu, seharusnya rasa empati
ditanamkan sejak dini.
Anak sejak kecil sudah memiliki perasaan, maka manfaatkan ini untuk
menumbuhkan rasa empati dalam dirinya.
Tapi sebelumnya, pastikan kebutuhan batin anak terpenuhi dengan baik. Cara
memenuhi kebutuhan batin anak yaitu dengan menjalin komunikasi yang
menyenangkan dengan anak dan menghargai perasaannya, sehingga anak tumbuh
dengan parasaan nyaman, bahagia dan merasa dicintai.
Jika kebutuhan batinnya terpenuhi dengan baik, maka manfaatnya membuat anak
bisa peka terhadap kondisi di sekelilingnya, termasuk bisa lebih memahami
perasaan dan kondisi orang lain. Hal ini juga sering disebut dengan kecerdasan
emosional (EQ).
Dengan kecerdasan emosional atau rasa empati yang baik, anak mampu mengenali
perasaan orang lain dari sudut pandang mereka.
Setelah itu rangsang rasa empati anak. Misalnya saat anak merebut mainan
temannya, katakan pada anak: “Gimana perasaan kamu kalau mainan kamu direbut?”
atau “Kamu marah gak kalau ada orang yang ngambil mainan kamu?”
Pertanyaan semacam ini akan membuat anak berpikir dan berusaha memahami
perasaan pihak lain. Lalu anak mulai merasa berempati dan menyadari
tindakannya salah. Hal ini akan membuat anak lebih mudah untuk mau meminta
maaf.
6. Jangan Terlalu Memaklumi Anak
Namanya anak kecil tentu perlu diberikan kelonggaran, tapi ini bukan berarti
memaklumi semua kesalahan anak. Anak kecil tentu masih perlu belajar banyak
untuk bergaul secara sehat di lingkungan sosial, tapi orangtua tetap wajib
meluruskan kesalahan dan perilaku buruk anak.
Adapun jika orangtua terlalu memaklumi dan tidak pernah menegur anak,
dampaknya anak menjadi tidak tahu letak kesalahannya. Dikhawatirkan
lama-kelamaan sikap pemakluman ini justru membentuk sifat egois dalam diri
anak, merasa selalu benar dan tidak bisa menghargai pihak lain.
7. Orangtua Harus Sering-Sering Berkata “Maaf”
Anak akan meniru orangtuanya, jika orangtua sering mengatakan “Maaf” maka anak
bakal memperhatikan dan mencontohnya. Mengedukasi anak untuk meminta maaf
tidak akan berhasil jika orangtua tidak mencontohkannya secara langsung.
Biasakan kata-kata positif seperti maaf, tolong, terimakasih dan sebagainya
diucapkan di dalam rumah. Seringkali pemberian nasehat tidak ampuh, tapi
mencontohkan hal positif seringkali ampuh untuk membuat anak lebih baik.
TOPIK TERKAIT
- 10 Cara Menghukum Anak yang Mendidik (Agar Mau Memperbaiki Kesalahannya)
- 20 Tips Mengasuh dan Mendampingi Anak ADHD (Hiperaktif)
- 9 Penyebab Anak Sering Melawan Orang Tua (Cara Mengatasi)
- 11 Cara Mengatasi Anak Cengeng dan Keras Kepala
- 8 Dampak Buruk Memaksa Anak Berhenti Menangis
- 11 Cara Mengajarkan Anak Agar Disiplin dan Tanggung Jawab
- 6 Cara Menenangkan Anak Menangis dan Mengamuk
- 14 Cara Mengatasi Anak Tantrum dengan Tepat (Penyebab & Tanda-Tandanya)
Baca Juga: