14 Cara Mengatasi Anak Tantrum dengan Tepat (Penyebab & Tanda-Tandanya)

Anak Tantrum
Anak Tantrum. Photo credit: shutterstock.com|Kamelia Ilieva

Tantrum paling umum dialami anak usia 1-4 tahun. Tantrum merupakan kondisi anak menumpahkan kemarahannya secara ekstrem seperti teriak sekencang-kencangnya, menghentak-hentakan kaki ke tanah, bahkan memukul.

Kelakuan anak seperti itu berisiko mengganggu orang sekitar yang membuat orangtuanya malu. Sebenarnya tantrum dialami banyak anak, sehingga jangan terlampau panik menghadapinya, hanya saja perlu penanganan yang tepat guna meminimalisir dampak buruknya. 

Cara Mengatasi Anak Tantrum


1. Pahami Pemicunya

Pertama-tama orangtua harus memahami pemicu tantrum anak. Munculnya tantrum umumnya akibat belum lancarnya anak dalam berkomunikasi. Jika anak kesulitan menyampaikan keinginannya dan tidak mampu ekspresikan isi hatinya, itu bisa menjadi penyebab frustasi dan perilaku tantrum.

Tantrum tak boleh diabaikan, tapi juga perlu disikapi dengan bijak sebab bisa mempengaruhi perkembangan anak di masa depan.

Tantrum dipicu dari rasa frustasi anak karena hal tertentu, misalnya anak frustasi karena tidak sanggup mengungkapkan kemauannya. Anak butuh waktu supaya mampu mengelola perasaannya dengan baik, sehingga orangtua wajib bersabar.

Kedekatan dan hubungan batin yang kuat antara orangtua dan anak sangatlah vital guna meminimalisir tantrum anak.

Berbagai pemicu anak menjadi tantrum:
  1. Lapar atau haus.
  2. Keteteran akan sesuatu.
  3. Sedang jenuh
  4. Merasa bosan.
  5. Merasa gerah atau kepanasan.
  6. Kurang diperhatikan.
  7. Ucapannya tidak direspon.
  8. Sering bertengkar dengan saudaranya. Sehingga ciptakan suasana harmonis di rumah, jangan biarkan anak saling berkata kasar. Ejekan dan perkataan kasar dapat memicu pertengkaran. Orangtua hendaknya memberikan contoh langsung perkataan lembut.
  9. Anak bisa tantrum karena orangtua mengucapkan kata-kata tertentu, ingat-ingat apakah ada perkataan yang memicunya jadi tantrum.
  10. Faktor lingkungan, dimana tantrum muncul akibat kondisi lingkungan tertentu. Hendaknya peka pada gerik-gerik dan keadaan anak, amati faktor pemicu di suatu lingkungan. Misalnya anak tantrum saat suasana terlalu berisik, ruangan terlalu sempit, keberadaan sesuatu yang mengganggu dll.
  11. Anak seringkali secara mendadak menjadi tantrum ketika di mall (atau jenis tempat perbelanjaan lainnya) sebab ada maunya, misalnya ingin beli suatu mainan dll. Sehingga usahakan persingkat aktivitas di supermarket guna meminimalisir tantrum anak.
  12. Kondisi fisik anak bisa sangat mempengaruhi suasana hatinya. Anak seringkali tantrum karena rasa lapar yang sulit diungkapkan (atau karena hal lainnya). Orangtua harus proaktif, secara rutin tanyakan kepada anak “Kamu lapar?” “Mengantuk?” dan semacamnya.

Tantrum bisa muncul akibat adanya pergeseran aktivitas. Misalnya, jam 1 siang biasanya anak sibuk dengan mainan miliknya di rumah, tapi saat itu anak diajak pergi ke suatu tempat, kejadian semacam ini seringkali memunculkan tantrum-nya.

Pergeseran aktivitas dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak. Anak punya ekspetasi sedang asyik dengan mainannya saat ini, tapi kini dia 'dipaksa' pergi menuju tempat yang enggak dikenalnya dan melihat banyak orang asing.


2. Sikap Tenang

Berupaya tetap kalem jika mendapati anak tantrum, jangan merespon secara kasar sebab bakal memperparah tantrumnya. Dikala tantrum, anak tengah mengeluarkan energinya yang berlebih, lama-kelamaan anak bakal capek sendiri dan berhenti (dari kemarahannya).

Adapun bila orangtua ikut-ikutan teriak ketika anak tantrum, itu malah bakal ‘memprovokasi anak’ untuk semakin mengamuk. Ketenangan sangat penting disini, jangan sampai kehilangan kontrol diri.

3. Memeluk Anak

Memeluk anak sebenarnya perlu rutin setiap hari, manfaatnya menjadikan anak merasa disayangi oleh orangtuanya. Perasaan merasa disayang ini sangat penting bagi anak agar suasana hatinya positif, alhasil meminimalisir timbulnya tantrum.

Anak sering mengamuk biasanya karena selama ini merasa kurang disayang oleh orangtuanya, pelukan menjadikan dia nyaman serta menyadari dirinya begitu dicintai dan dipedulikan. Maka, biasakan memeluk si Kecil, jadikan ini ritual wajib setiap hari.

4. Stop Kabulkan Segala Keinginan Anak

Jangan selalu turuti semua keinginan anak. Para ahli mengungkapkan kasus tantrum dapat muncul karena kesalahan dari orangtua itu sendiri, misalnya orangtua selalu kabulkan tuntutan anak. Mengabulkan segala tuntutan atau permintaan anak merupakan sebuah kesalahan.

Enggak selalu tuntutan anak perlu dipenuhi sekalipun si Anak ngambek. Hal itu karena dikhawatirkan perilaku tantrum dijadikan senjata olehnya guna memaksa orangtuanya.

Akibatnya anak terus-terusan suka tantrum, mengamuk dll untuk menekan orangtuanya, karena anak tahu bahwa orangtuanya gampang ditekan dan selalu menyerah. Ini sangat buruk untuk perkembangannya.

Jangan sampai anak menjadikan tantrum sebagai senjata. Orangtua perlu bijak saat anak meminta sesuatu, permintaan anak yang aneh-aneh atau berlebihan seharusnya jangan dituruti.


5. Jauhkan dari Tayangan Kekerasan

Apabila anak sering mengamuk, membanting barang bahkan memukul, maka lazimnya akibat anak mencontoh jenis kekerasan yang dilihatnya. Sehingga benar-benar perhatian lingkungan anak dan segala yang ditontonnya.

Sehingga peran orangtua sangat penting agar menjaga anak dari melihat sesuatu yang mengandung unsur kekerasan, entah itu dari TV maupun lingkungan tempatnya berada. Mengenai hal ini, usahakan jangan menaruh TV di kamar anak karena banyak dampak buruknya.

Selain itu juga, hindari sebisa mungkin mendisiplinkan anak memakai metode kasar, seperti meneriaki dan memukul karena anak bakal meniru nantinya.

6. Alihkan Perhatian

Gunakan trik dalam menghadapi problem mengenai perilaku anak, misalnya alihkan atensi anak merupakan sesuatu yang sah-sah saja, yang penting caranya tepat. Hal itu sebab yang namanya anak kecil biasanya gampang teralihkan ke hal baru.

Tatkala anak tantrum di tengah banyak orang biasanya bikin orangtua kerepotan dan malu akibat ulahnya. Maka Anda hendaknya selalu siapkan yang diperlukan sebelumnya, misalnya ketika berbelanja hendaknya bawa barang yang disukainya sehingga bikin anak asyik sendiri.

Juga biasakan anak sudah makan jika ingin diajak ke luar. Bawalah juga beberapa asupan ringan favorit anak. Itu tampak sepele tapi ternyata amat berguna.

7. Orangtua dan Anak Perlu Saling Memahami

Contohnya, tatkala orangtua pergi bersama anak ke mall, berikan anak pemahaman datang ke mall adalah buat belanja barang-barang yang diperlukan, bukan buat memborong mainan. Demikian seterusnya contoh yang semacamnya.

Biasakan adakan komunikasi bersama anak, guna mengedukasi pemahaman anak. Termasuk ketika mengajak anak ke lokasi yang masih asing baginya, dikhawatirkan dia gampang gelisah dan bosan.

Apalagi bila anak ada di area yang sempit sehingga mobilitasnya terhambat, anak biasanya minta ingin pergi dari area tersebut.

Guna menghindari munculnya tantrum saat di luar, sehingga penting selalu adakan komunikasi dengan anak. Misalnya anak sudah tampak gelisah tatkala pergi ke pasar, berikan dia pemahaman bahwa dirinya tak selamanya disitu, bilang ke anak “Kita bakal cari baju, lalu pulang.”

Dengan adanya kepastian seperti itu, anak diharapkan menjadi cenderung lebih tenang dan tidak berperilaku tantrum.


8. Istirahat Cukup

Pastikan anak istirahat, kurang istirahat mengakibatkan anak gampang sekali tantrum. Orangtua hendaknya proaktif untuk mengetahui keadaan anak, tanyakan pada anak: “Kamu capek nggak?

Berusaha peka pada keadaan anak, misalnya mengamati keaktifan anak. Tatkala dia lebih sering diam (tidak seperti biasanya), itu dapat menjadi gejala anak perlu istirahat. Pastikan kebutuhan istirahat anak tercukupi.

9. Jangan Panik

Tatkala anak tantrum, hindari menunjukan sikap panik, kalang kabut, gelagapan dan semcamnya. Jika anak melihat Anda panik, itu bisa memicu anak semakin 'termotivasi' untuk meningkatkan level tantrumnya.

Lebih lanjut, sikap panik hanya akan membuat Anda kesulitan berpikir jernih. Untuk membantu meredakan emosi diri dan rasa panik, tarik napas mendalam secara perlahan lalu hembuskan, lakukan beberapa kali, biasanya keadaan psikis Anda bakal membaik.

Hadapi tantrum anak secara kalem, perlu diketahui bahwa orang tua merupakan role model bagi anak, termasuk anak bakal mencontoh segala sikap dan respon orangtuanya.

Sehingga tahan diri dari marah-matah ataupun meninggikan suara kepada anak, ajaklah anak bicara dengan nada yang rendah dan pelan-pelan. Biasakan merespon anak dengan tenang, karena ketenangan orangtua lama-kelamaan akan ‘menular’ kepada anak.

10. Singkirkan Barang Berbahaya

Tatkala anak sedang tidak stabil atau kehilangan kontrol diri, maka singkirkan segala barang berbahaya darinya, seperti benda-benda keras dan terbuat dari kaca agar tidak membahayakan si Kecil dan orang di sekitarnya.

11. Reward

Terapkan strategi pemberian apresiasi dan reward. Saat anak sukses untuk bersikap tenang atau tidak tantrum maka berikan reward berupa pujian maupun hadiah. Cara ini efektif untuk mengurangi frekuensi tantrum anak.

12. Berikan Anak Ruang Berekspresi

Sediakan anak ruang buat berekspresi dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari karena sangat bermaanfat untuk perkembangan emosi dan psikisnya.

Termasuk berikan anak ruang kesempatan untuk meluapkan emosinya, misalnya saat anak menangis atau bersedih maka jangan dihentikan paksa, biarkan anak menikmati untuk menyalurkan perasaannya secara sehat dan leluasa.

13. Jangan Hentikan Paksa Tangisan Anak

Kesalahan banyak orangtua adalah bersikap kaku seperti menghentikan tangisan anak secara paksa, itu mengakibatkan anak terhambat dalam menyalurkan perasaannya, alhasil berdampak buruk terhadap psikisnya.

Kondisi psikis yang tidak baik memicu anak gampang tantrum. Anak harus punya kesempatan untuk mengenali perasaannya sendiri.

14. Tips Lainnya
  • Orangtua juga harus menunjukan rasa empati kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang menjadi tantrum biasanya karena kesalahan orangtuanya sendiri yang cuek dan kurang peduli terhadap perasaan anak.
  • Sejak usia dini mulailah mengajarkan anak untuk membedakan hal baik dan buruk. Apabila anak telah paham mana yang baik dan buruk, maka akan sangat membantu. Itu efektif untuk menurunkan frekuensi tantrum anak.

Penutup

Walaupun mengatasi tantrum anak amat meletihkan serta menghabiskan banyak energi, tapi pada dasarnya tantrum menjadi sebuah fase tumbuh-kembang yang dialami umumnya anak kecil.

Anak tantrum biasanya tengah berusaha mencurahkan rasa frustrasi dirinya, ini juga membantu anak untuk belajar mengenali dan mengelola perasaannya, anak belajar mengendalikan diri dan menanggulangi emosi negatif.

Seiring berjalannya waktu, anak bakal menyadari sikap tantrum bukan metode bagus buat mencari atensi, anak akan belajar dari waktu ke waktu, khususnya belajar untuk mengungkapkan keinginannya melalui kata-kata.

Tantrum mereda dengan sendirinya seiring berkembangnya kemampuan anak dalam mengekspresikan perasaan dan pengendalian diri. Dengan komunikasi yang sehat dan teknik parenting yang baik sehingga membentuk karakter anak ke arah positif.




Baca Juga:

No comments: