Tentu harapan orangtua ingin agar anak-anaknya bisa akur, tapi yang namanya anak-anak 'hobi' sekali bertengkar karena hal-hal sepele.
Pemicu perselisihan diantara mereka, salah satunya yaitu karena itu termasuk dari proses perkembangan mereka. Tapi dengan berjalannya waktu (dimana anak semakin besar), anak bakal punya naluri buat melindungi segala yang dimilikinya.
Anak kecil umumnya punya sikap defensif berlebihan terhadap keinginan dan haknya, sehingga hal inilah pemicu dia jadi agresif.
Konflik rentan muncul pada kakak-adik yang jarak usianya tidak berbeda jauh. Selain itu anak-anak mencontoh segala yang dilihat dan didengarnya, jika anak sering melihat kekerasan maka bakal mempraktekan-nya di dalam kehidupan.
Kondisi suasana hati anak juga sangat mempengaruhi perilaku anak. Anak-anak sering bertengkar karena rebutan mainan, rebutan remote TV dan semacamnya.
Anak berantem tentu bikin orangtua emosi dan kesal, namun orangtua hendaknya berupaya menahan diri untuk marah-marah.
Sebenarnya hubungan persaudaraan sangatlah penting dan bermanfaat, karena memberikan kesempatan kepada anak buat belajar berinteraksi, menghadapi perselisihan, melindungi diri dan sebagai persiapan sebelum menjalani pergaulan di luar (lingkungan sosial).
Sehingga perlu diketahui, hubungan kakak-adik seringkali diwarnai dengan berbagai 'drama', dalam masa-masa tertentu mereka berselisih dan bahkan menyerang secara fisik.
Cara Mengatasi Kakak-Adik Sering Bertengkar
1. Bersikap Tenang
Orangtua perlu bersikap tenang dan berpikir jernih, lihat situasinya
dahulu seperti apa sebelum melakukan tindakan. Dikala anak bertengkar tapi masih
sebatas adu argumentasi, tidak perlu terburu-buru mengambil tindakan.
Gak selalu perselisihan menimbulkan adu fisik, dimana adakalanya
orangtua memberikan kesempatan agar mereka dapat mencari jalan tengah dari perselisihan yang terjadi.
Orangtua baru mulai mengambil tindakan tegas jika anak tampak kehilangan kontrol atau tampak ancang-ancang melakukan sesuatu yang berpotensi berbahaya. Lalu jadilah hakim untuk keduanya.
Kesalahan banyak
orangtua adalah terburu-buru (dalam keadaan emosi dan sulit berpikir jernih)
menangani perselisihan anak, sehingga akhirnya malah memarahi habis-habisan
kedua anak yang berselisih.
Hal ini justru semakin memperburuk keadaan, yaitu perselisihan kedua anak
tidak terselesaikan, ditambahkan kedua anak kecewa dan sakit hati dengan sikap
orangtuanya, akibatnya wibawa orangtua dan kepercayaan anak-anak pada
orangtuanya menurun.
Tangani perselisihan anak dengan pikiran yang tenang dan
jernih, sehingga akan didapatkan solusi yang bagus. Ingat, perselisihan anak
adalah hal biasa, bahkan orang dewasa pun berselisih, sehingga orangtua tidak
perlu kebakaran jenggot.
2. Cara Pisahkan Anak
Saat kedua anak sudah mulai main fisik dan
tidak bisa mengontrol diri, maka ini bisa menjurus ke hal yang berbahaya,
orangtua perlu segera memisahkan anak di ruangan yang berbeda.
Jauhkan tempat
berada kedua anak itu, usahakan di area agak jauh sampai akhirnya mulai tenang kembali.
Setelah suasana kembali kondusif, hindari isi pembicaraan yang terlalu sibuk menyelidiki kesalahan anak karena sama saja dengan mengobarkan api kembali. Justru seharusnya mendorong mereka agar mau berlapang dada, serta ke depannya tidak lagi mengungkit-ungkit pertengkaran tersebut.
Dalam menangani anak, utamakan “win-win solution” yang dimana orangtua mencarikan solusi pertengahan yang dapat memuaskan kedua pihak.
Melihat pertengkaran anak tentu sangat menguras batin (emosi) orangtua, namun cara orangtua dalam
bersikap dan merespon akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan cara berpikir anak di waktu mendatang. Orangtua menjadi contoh dan teladan dalam menjalani kehidupan dan mengatasi problematika.
3. Pendengar yang Baik
Cara mengatasi kakak-adik sering bertengkar yaitu biasakan orangtua harus bisa menjadi pendengar yang baik untuk kedua anak. Tampakkan sikap yang fair, orangtua harus memberikan kesempatan bagi kedua
pihak untuk berbicara.
Jangan hanya mendengar dari satu pihak saja. Jangan
terburu-buru memutuskan perkara sebelum mendengar dari kedua pihak.
Seringkali muncul api permusuhan diantara anak karena kesalahan orangtua itu sendiri, yang tidak bisa menjadi pendengar baik untuk kedua anak. Alhasil sebagian pihak merasa tidak mendapat keadilan, yang kemudian muncul api permusuhan.
4. Jangan Sampai Memihak
Orangtua jangan sampai memihak, seperti karena faktor usia atau
faktor lainnya. Jangan sampai salah satu anak merasakan ketidakadilan,
sehingga sangat penting komunikasi yang baik dan rasa saling pengertian sangat
dibutuhkan.
Tidak selalu kakak harus mengalah pada adiknya, ini akan membuat
si Kakak merasa semakin jengkel pada adiknya, dan merasa orangtuanya tidak
adil.
5. Jangan Membanding-bandingkan
Kekeliruan fatal orangtua yakni suka membanding-bandingkan anak. Saat anak dibanding-bandingkan maka bisa menyakiti hatinya dan akan timbul
kebencian di dalam hatinya.
Masing-masing anak istimewa, membandingkan anak bisa membangkitkan benih-benih kebencian di hati, yang nantinya memicu permusuhan. Saat orangtua membanding-bandingkan, sama saja
dengan mengadu domba anak.
6. Perhatikan Momen Nasehat
Jangan melontarkan nasehat saat situasi masih panas. Perhatikan baik-baik momen-nya, dalam keadaan anak masih 'panas' maka seharusnya tunggu hingga kemarahan anak reda dan suasana mendingin.
Perhatikan momen, misalnya ketika duduk santai dan anak sudah dapat tersenyum dan tertawa, barulah mencari tahu atau mengorek informasi tentang apa yang menjadikannya berkonflik dengan saudara kandungnya.
Lalu berikan penjelasan dan nasehat dengan rileks (tanpa nada tinggi). Demikian juga
berikan nasehat yang serupa kepada saudara kandung yang lain,
Dalam pemberian nasehat, hindari memberikan 'instruksi' mengalah pada anak yang lebih tua. Nantinya dia akan merasa diperlakukan
tidak adil jika diperintah untuk selalu mengalah.
7. Ajarkan Gantian
Kenalkan sistem 'gantian', biasanya kakak-adik berkonflik karena berebut
sesuatu seperti mainan. Jika mereka paham dengan aturan bergantian, ini bisa meminimalisir konflik yang itu-itu lagi. Selain itu dengan
belajar bergantian, ini juga mendidik anak supaya bisa menghargai pihak
lain.
8. Perspektif
Ajarkan anak supaya melihat perspektif berbeda. Misalnya
saat si Adik ingin mainan kakaknya, lalu terjadilah konflik. Cobalah ajak si
Kakak memahami perasaan si Adik, kenapa adiknya marah dan memukul.
Lalu ajak
si Adik memahami perasaan si Kakak, tanya kepada si Adik bagaimana perasaannya
kalau ada orang yang merebut mainannya. Orangtua perlu rajin-rajin memberikan
pemahaman kepada anak-anak, sehingga kedua pihak bisa saling
memahami perasaan masing-masing.
9. Ajarkan Sikap
Ajarkan anak bagaimana seharusnya cara bersikap yang benar, misalnya
mengajarkan anak caranya meminjam barang milik pihak lain, sehingga tidak asal
merebut mainan milik pihak lain.
10. Perhatian Adil
Berikan perhatian yang merata pada semua anak. Seringkali pertengkaran
terjadi karena salah satu anak merasa iri pada anak lainnya karena lebih
diperhatikan.
11. Hadiah Adil
Jika ingin memberikan hadiah, maka pastikan semua anak dapat. Saat Anda
ingin memberikan hadiah hanya pada salah satu anak saja, maka lebih baik
batalkan dan tidak usah memberikan hadiah sekalian. Jangan sampai anak saling
membenci akibat kesalahan orangtuanya sendiri.
12. Ucapan Positif
Budayakan di dalam rumah untuk mengucapkan kata-kata yang baik, jauhkan mereka dari ucapan yang kotor dan brutal. Ucapan kasar dapat memicu
pertengkaran yang semakin sering dan menjadi-jadi.
Ajarkan dan biasakan anak supaya mengatakan “tolong”, “maaf” dan
“terimakasih”. Itu merupakan kata-kata ajaib yang dapat menjadikan anak saling menghargai, sehingga efektif mencegah terjadinya adu pukul.
13. Kegiatan Bersama
Dorong mereka supaya sering bekerja sama sehingga menghadirkan suasana kekompakan, misalnya dalam mengerjakan tugas rumah, merapikan kamar, mencuci piring, menyiram tanaman,
membersihkan rumah, mencabut rumput atau lainnya. Kerja sama secara rutin akan membangun bonding (ikatan batin) antara keduanya.
14. Hal Lain yang Perlu Diketahui
Umumnya perselisihan antar saudara kandung adalah hal yang wajar. Apalagi jika usianya masih kecil, maka skill sosial-nya belum terbentuk dan emosinya masih sangat labil. Apalagi jika mereka belum bisa memahami kompromi dan belum mampu memahami rasa empati, alhasil sangat susah untuk mengalah.
Sehebat apapun orangtua dalam mendidik anak,
orangtua tidak bisa 100% menghindari anaknya dari konflik, hanya saja orangtua
tetap perlu konsisten memperbaiki keadaan.
Konflik yang dialami anak tidaklah selalu buruk, terkadang anak butuh
mengalami konflik untuk proses tumbuh kembangnya. Psikolog anak menjelaskan
bahwa konflik itu kebutuhan, anak-anak yang tidak pernah bertengkar bisa jadi
malah tidak normal.
Dengan memiliki pengalaman hidup berkonflik di masa kecil,
anak-anak jadi memiliki bekal saat menghadapi konflik di kehidupan masa depan. Dari konflik yang dialaminya, anak-anak bisa belajar bagaimana mereka kelak
mengelola konflik di masa mendatang.
Ada banyak orang yang berkompetensi hebat
di bidang pekerjaannya, tapi gagal karena tidak memiliki daya tahan dalam
menghadapi konflik.
Kakak-adik memang sering bertengkar, itu karena mereka tahu
bahwa saudara kandungnya akan selalu ada selamanya.
Baca Juga: