14 Cara Mengatasi Kakak-Adik Sering Bertengkar

Anak Bertengkar
Photo credit: istockphoto.com|Imgorthand

Tentu harapan orangtua ingin agar anak-anaknya bisa akur, tapi yang namanya anak-anak 'hobi' sekali bertengkar karena hal-hal sepele.

Pemicu perselisihan diantara mereka, salah satunya yaitu karena itu termasuk dari proses perkembangan mereka. Tapi dengan berjalannya waktu (dimana anak semakin besar), anak bakal punya naluri buat melindungi segala yang dimilikinya.

Anak kecil umumnya punya sikap defensif berlebihan terhadap keinginan dan haknya, sehingga hal inilah pemicu dia jadi agresif.

Konflik rentan muncul pada kakak-adik yang jarak usianya tidak berbeda jauh. Selain itu anak-anak mencontoh segala yang dilihat dan didengarnya, jika anak sering melihat kekerasan maka bakal mempraktekan-nya di dalam kehidupan.

Kondisi suasana hati anak juga sangat mempengaruhi perilaku anak. Anak-anak sering bertengkar karena rebutan mainan, rebutan remote TV di kamar dll.

Anak berantem tentu bikin orangtua emosi dan kesal, namun orangtua hendaknya berupaya menahan diri untuk marah-marah.

Sebenarnya hubungan persaudaraan sangatlah penting dan bermanfaat, karena memberikan kesempatan kepada anak buat belajar berinteraksi, menghadapi perselisihan, melindungi diri dan sebagai persiapan sebelum menjalani pergaulan di luar (lingkungan sosial).

Sehingga perlu diketahui, hubungan kakak-adik seringkali diwarnai dengan berbagai 'drama', dalam masa-masa tertentu mereka berselisih dan bahkan menyerang secara fisik.

Cara Mengatasi Kakak-Adik Sering Bertengkar


1. Bersikap Tenang

Orangtua perlu bersikap tenang dan berpikir jernih, lihat situasinya dahulu seperti apa sebelum melakukan tindakan. Dikala anak bertengkar tapi masih sebatas adu argumentasi, tidak perlu terburu-buru mengambil tindakan.

Gak selalu perselisihan menimbulkan adu fisik, dimana adakalanya orangtua memberikan kesempatan agar mereka dapat mencari jalan tengah dari perselisihan yang terjadi.

Orangtua baru mulai mengambil tindakan tegas jika anak tampak kehilangan kontrol atau tampak ancang-ancang melakukan sesuatu yang berpotensi berbahaya. Lalu jadilah hakim untuk keduanya.

Kesalahan banyak orangtua adalah terburu-buru (dalam keadaan emosi dan sulit berpikir jernih) menangani perselisihan anak, sehingga akhirnya malah memarahi habis-habisan kedua anak yang berselisih.

Hal ini justru semakin memperburuk keadaan, yaitu perselisihan kedua anak tidak terselesaikan, ditambahkan kedua anak kecewa dan sakit hati dengan sikap orangtuanya, akibatnya wibawa orangtua dan kepercayaan anak-anak pada orangtuanya menurun.

Tangani perselisihan anak dengan pikiran yang tenang dan jernih, sehingga akan didapatkan solusi yang bagus. Ingat, perselisihan anak adalah hal biasa, bahkan orang dewasa pun berselisih, sehingga orangtua tidak perlu kebakaran jenggot.


2. Cara Pisahkan Anak

Saat kedua anak sudah mulai main fisik dan tidak bisa mengontrol diri, maka ini bisa menjurus ke hal yang berbahaya, orangtua perlu segera memisahkan anak di ruangan yang berbeda.

Jauhkan tempat berada kedua anak itu, usahakan di area agak jauh sampai akhirnya mulai tenang kembali.

Setelah suasana kembali kondusif, hindari isi pembicaraan yang terlalu sibuk menyelidiki kesalahan anak karena sama saja dengan mengobarkan api kembali. Justru seharusnya mendorong mereka agar mau berlapang dada, serta ke depannya tidak lagi mengungkit-ungkit pertengkaran tersebut.

Dalam menangani anak, utamakan “win-win solution” yang dimana orangtua mencarikan solusi pertengahan yang dapat memuaskan kedua pihak.

Melihat pertengkaran anak tentu sangat menguras batin (emosi) orangtua, namun cara orangtua dalam bersikap dan merespon akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan cara berpikir anak di waktu mendatang. Orangtua menjadi contoh dan teladan dalam menjalani kehidupan dan mengatasi problematika.

3. Pendengar yang Baik

Cara mengatasi kakak-adik sering bertengkar yaitu biasakan orangtua harus bisa menjadi pendengar yang baik untuk kedua anak. Tampakkan sikap yang fair, orangtua harus memberikan kesempatan bagi kedua pihak untuk berbicara.

Jangan hanya mendengar dari satu pihak saja. Jangan terburu-buru memutuskan perkara sebelum mendengar dari kedua pihak.

Seringkali muncul api permusuhan diantara anak karena kesalahan orangtua itu sendiri, yang tidak bisa menjadi pendengar baik untuk kedua anak. Alhasil sebagian pihak merasa tidak mendapat keadilan, yang kemudian muncul api permusuhan.

4. Jangan Sampai Memihak

Orangtua jangan sampai memihak, seperti karena faktor usia atau faktor lainnya. Jangan sampai salah satu anak merasakan ketidakadilan, sehingga sangat penting komunikasi yang baik dan rasa saling pengertian sangat dibutuhkan.

Tidak selalu kakak harus mengalah pada adiknya, ini akan membuat si Kakak merasa semakin jengkel pada adiknya, dan merasa orangtuanya tidak adil.


5. Jangan Membanding-bandingkan

Kekeliruan fatal orangtua yakni suka membanding-bandingkan anak. Saat anak dibanding-bandingkan maka bisa menyakiti hatinya dan akan timbul kebencian di dalam hatinya. 

Masing-masing anak istimewa, membandingkan anak bisa membangkitkan benih-benih kebencian di hati, yang nantinya memicu permusuhan. Saat orangtua membanding-bandingkan, sama saja dengan mengadu domba anak.

6. Perhatikan Momen Nasehat

Jangan melontarkan nasehat saat situasi masih panas. Perhatikan baik-baik momen-nya, dalam keadaan anak masih 'panas' maka seharusnya tunggu hingga kemarahan anak reda dan suasana mendingin.  

Perhatikan momen, misalnya ketika duduk santai dan anak sudah dapat tersenyum dan tertawa, barulah mencari tahu atau mengorek informasi tentang apa yang menjadikannya berkonflik dengan saudara kandungnya.

Lalu berikan penjelasan dan nasehat dengan rileks (tanpa nada tinggi). Demikian juga berikan nasehat yang serupa kepada saudara kandung yang lain,

Dalam pemberian nasehat, hindari memberikan 'instruksi' mengalah pada anak yang lebih tua. Nantinya dia akan merasa diperlakukan tidak adil jika diperintah untuk selalu mengalah.

7. Ajarkan Gantian

Kenalkan sistem 'gantian', biasanya kakak-adik berkonflik karena berebut sesuatu seperti mainan. Jika mereka paham dengan aturan bergantian, ini bisa meminimalisir konflik yang itu-itu lagi. Selain itu dengan belajar bergantian, ini juga mendidik anak supaya bisa menghargai pihak lain.

8. Perspektif 

Ajarkan anak supaya melihat perspektif berbeda. Misalnya saat si Adik ingin mainan kakaknya, lalu terjadilah konflik. Cobalah ajak si Kakak memahami perasaan si Adik, kenapa adiknya marah dan memukul.

Lalu ajak si Adik memahami perasaan si Kakak, tanya kepada si Adik bagaimana perasaannya kalau ada orang yang merebut mainannya. Orangtua perlu rajin-rajin memberikan pemahaman kepada anak-anak, sehingga kedua pihak bisa saling memahami perasaan masing-masing.

9. Ajarkan Sikap

Ajarkan anak sebelum remaja untuk bisa memahami bagaimana seharusnya cara bersikap yang benar, misalnya mengajarkan anak caranya yang sopan meminjam barang milik pihak lain, sehingga tidak asal-asalan dalam bersikap, bertindak dan berbicara.


10. Perhatian Adil

Berikan perhatian yang merata pada semua anak. Seringkali pertengkaran terjadi karena salah satu anak merasa iri pada anak lainnya karena lebih diperhatikan.

11. Hadiah Adil

Jika ingin memberikan hadiah, maka pastikan semua anak dapat. Saat Anda ingin memberikan hadiah hanya pada salah satu anak saja, maka lebih baik batalkan dan tidak usah memberikan hadiah sekalian. Jangan sampai anak saling membenci akibat kesalahan orangtuanya sendiri.

12. Ucapan Positif

Budayakan di dalam rumah untuk mengucapkan kata-kata yang baik, jauhkan mereka dari ucapan yang kotor dan brutal. Ucapan kasar dapat memicu pertengkaran yang semakin sering dan menjadi-jadi.

Ajarkan dan biasakan anak supaya mengatakan “tolong”, “maaf” dan “terimakasih”. Itu merupakan kata-kata ajaib yang dapat menjadikan anak saling menghargai, sehingga efektif mencegah terjadinya adu pukul.

13. Kegiatan Bersama

Dorong mereka supaya sering bekerja sama sehingga menghadirkan suasana kekompakan, misalnya adakan aktivitas di rumah seperti merapikan kamar, mencuci piring, menyiram tanaman, membersihkan rumah, mencabut rumput atau lainnya.

Dengan anak kerja sama secara rutin akan membangun bonding (ikatan batin) antara keduanya.

14. Hal Lain yang Perlu Diketahui

Umumnya perselisihan antar saudara kandung adalah hal yang wajar. Apalagi jika usianya masih kecil, maka skill sosial-nya belum terbentuk dan emosinya masih sangat labil. Apalagi jika mereka belum bisa memahami kompromi dan belum mampu memahami rasa empati, alhasil sangat susah untuk mengalah.

Sehebat apapun orangtua dalam mendidik anak, orangtua tidak bisa 100% menghindari anaknya dari konflik, hanya saja orangtua tetap perlu konsisten memperbaiki keadaan.

Konflik yang dialami anak tidaklah selalu buruk, terkadang anak butuh mengalami konflik untuk proses tumbuh kembangnya. Psikolog anak menjelaskan bahwa konflik itu kebutuhan, anak-anak yang tidak pernah bertengkar bisa jadi malah tidak normal.

Dengan memiliki pengalaman hidup berkonflik di masa kecil, anak-anak jadi memiliki bekal saat menghadapi konflik di kehidupan masa depan. Dari konflik yang dialaminya, anak-anak bisa belajar bagaimana mereka kelak mengelola konflik di masa mendatang.

Ada banyak orang yang berkompetensi hebat di bidang pekerjaannya, tapi gagal karena tidak memiliki daya tahan dalam menghadapi konflik.

Kakak-adik memang sering bertengkar, itu karena mereka tahu bahwa saudara kandungnya akan selalu ada selamanya.




Baca Juga:

No comments: