Orangtua bisa melakukan beberapa strategi untuk menangani sifat labil remaja. Termasuk menangani sifat
remaja yang emosional.
Fase remaja adalah fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada fase remaja sering terjadi pergolakan batin. Selain itu, remaja tidak suka jika masih dianggap anak kecil.
Para remaja bukanlah orang dewasa karena masih sangat labil. Sikap dan
tindakan mereka sangat dipengaruhi oleh suasana hati.
Masalahnya, remaja sangat ingin
diakui sebagai orang dewasa, tapi pengalaman dan mental mereka masih belum
cukup untuk menjadi orang dewasa.
Cara Menghadapi Anak Remaja Pemarah dan Labil
1. Teguran Lembut
Saat remaja berperilaku buruk maka harus ditegur dan dinasehati, orangtua harus tegas terhadap perilaku negatif remaja. Hanya saja bersikap tegas bukan berarti kasar.
Walaupun orangtua dituntut untuk tegas terhadap remaja, tetapi dalam meluruskan gunakan cara-cara lembut.
Cara menasehati anak remaja yaitu dengan mengutamakan cara lembut. Teguran yang lembut akan lebih mengena di hati remaja, adapun
teguran yang kasar justru membuat hubungan merenggang.
Remaja ingin disikapi dengan rasa hormat, sifat ini muncul saat seorang anak memasuki fase remaja. Maka hindari menasehati remaja dengan cara-cara arogan, kasar, membentak, meneriaki, merendahkan dll.
Jangan heran
jika remaja akan memberontak jika mereka disikapi kasar. Menggunakan cara lembut dan penuh penghormatan dalam menasehati akan
lebih mengena di hati remaja.
Berbicaralah dengan nada tenang, hindari bentuk ancaman, sindiran, memojokan dan semacamnya karena hanya
membuat Si Remaja semakin marah dan memberontak. Nasehat
hendaknya dilakukan saat suasana tenang.
2. Jangan Tegur di Tempat Umum
Hindari memberikan nasehat kepada remaja di tempat umum, hal itu
karena akan membuatnya merasa malu.
Lebih parah lagi memarahi, membentak atau
meneriaki remaja di tempat umum. Dampaknya akan sangat fatal karena Si Remaja
akan sakit hati, semakin emosional, keras kepala dan bahkan dendam kepada
orangtuanya
3. Komunikasi Sehat
Cara menghadapi anak remaja yang keras kepala dan pemarah yaitu harus membangun komunikasi yang sehat dan saling memahami. Misalnya, tanyakan kepada remaja apa yang dibutuhkannya.
Terkadang para remaja
berperilaku buruk, emosional dan bersifat keras kepala karena rasa kekecewaan
yang mendalam.
Seorang anak memiliki ekspektasi terhadap orangtuanya. Jika orangtuanya tidak sesuai harapannya menyebabkan Si Remaja ‘demo’
dengan cara menunjukan perilaku buruk.
Orangtua punya kewajiban untuk membahagiakan dan memberikan perhatian yang
cukup kepada anak, disamping memenuhi kebutuhan materi.
Pastikan anak mendapatkan
haknya, perhatikan kondisi anak,
mulailah tanyakan apa yang dibutuhkan dan dirasakannya. Bisa saja selama ini
orangtua kurang memperhatikan perasaan remajanya, sehingga
menjadi akar masalah penyebab Si Remaja menunjukan perilaku buruk.
4. Quality Time dan Perhatian
Orangtua harus berusaha dekat dengan remajanya, lakukan pendekatan
dari hati ke hati. Lakukan diskusi, berikan ruang berbicara dan berpendapat.
Hargai setiap
ucapan dan pendapatnya, jangan diledek apalagi diremehkan. Hindari sifat otoriter karena akan membuat anak tidak nyaman dan bakal
membangkang nantinya.
Jika orangtua otoriter, termasuk anak tidak pernah dilibatkan dalam berdiskusi dan
berpendapat. Akibatnya Si Remaja merasa tidak
dihargai dan akan timbul sifat keras dan perasaan emosional dalam dirinya.
5. Contoh Baik
Orangtua harus bisa menjadi teladan baik, ini penting karena anak meniru gerak-gerik orangtuanya, termasuk pola komunikasi, interaksi dan perilaku. Contohkan perilaku dan tutur kata yang santun saat berbicara.
Orangtua jangan marah saat diberi masukan orang anak. Anak akan meniru orangtuanya, jika orangtua punya sifat egois maka anak pun
bakal punya sifat egois juga.
6. Orangtua Jadi Pendengar Baik
Cobalah untuk mendengarkan. Orangtua perlu menunjukan pengertian dan memahami apa yang dirasakan si Remaja.
Tunjukkan empati padanya, luangkan waktu mendengarkan keluh kesah remaja. Inilah hal yang diinginkan para remaja dari orangtuanya.
Hindari sering beradu berargumen dengan remaja. Yang dibutuhkan remaja bukanlah argumen dari orangtuanya, melainkan remaja sangat menginginkan empati, perhatian dan rasa pengertian dari orangtuanya.
Jika remaja merasa disayangi dan merasakan empati, maka apapun yang orangtua katakan bakal didengar.
7. Lingkungan Positif
Usahakan dia bergaul dengan teman-teman yang baik, pastikan ia
berada di lingkungan positif. Lingkungan sangat mempengaruhi
sifat dan perilaku remaja.
Seorang remaja cenderung meniru apa yang ada
lingkungannya, jika si remaja memiliki teman-teman yang buruk maka lambat laun
dia bakal terbawa arus.
Adapun jika dia memiliki teman-teman yang baik, maka
orangtua patut bersyukur akan hal itu. Kombinasi lingkungan yang baik dan didikan orangtua akan menghasilkan remaja
berkualitas yang berperilaku baik dan
berprestasi.
Bisa dikatakan, dengan si
Remaja bisa mendapatkan teman yang baik berarti orangtua telah berhasil
menyelesaikan 50% pekerjaannya.
8. Hargai Remaja
Berhenti memperlakukan remaja sebagai anak kecil. Di usia remaja, dia mulai merasakan keperluan untuk lebih mandiri dan dewasa.
Adapun sifat
orangtua adalah suka memberikan batasan-batasan pada anak, perbedaan pandangan
inilah yang sering memicu konflik. Sifat remaja yang labil biasanya suka
merasa kesal saat diberikan aturan dan urusannya selalu dicampuri.
Orangtua perlu memilah mana urusan remaja yang perlu dicampuri dan mana
yang tidak. Jika memang benar-benar penting maka barulah orangtua
masuk. Selain itu hargai privasi remaja.
9. Edukasi
Ajarkan remaja cara meluapkan emosinya secara positif, sehingga dia dapat mengatur dan menghadapi emosi negatif secara konstruktif.
Cobalah
beberapa hal, seperti melakukan aktivitas fisik. Dia dapat meluapkan emosinya
ke dalam olahraga, sehingga usahakan memiliki
kegiatan olahraga karena baik untuk kesehatan mentalnya.
10. Diskusi Sehat
Rutin berdiskusi dengan remaja dan memberinya ruang. Saat mendapati
perilaku remaja yang kurang baik, daripada memarahi, lebih
baik mencoba mendekatinya dan berduskusi.
Ketika si Remaja dalam kondisi tenang ajak bicara.
Sering-seringlah berdiskusi dengan remaja, bicarakan apa masalah mereka
dan carikan solusi untuknya, lalu berikan semangat serta tunjukan pengertian
dan kepedulian.
Memberi ruang dan pengertian dapat mencairkan hati yang keras dari seorang
remaja, biarkan remaja Anda berbicara dan berpendapat, jadilah
orangtua yang supportif dan tunjukkan bahwa Anda selalu hadir untuknya.
Hindari bentuk kekerasan atau nada bicara yang tinggi di rumah,
tindakan emosional hanya akan memperumit masalah. Sangat
penting membuat Si Remaja merasa nyaman berada di rumah.
TOPIK TERKAIT
- 15 Bahaya Pergaulan Bebas (Penyebab & Cara Mengatasinya)
- Ciri Ciri Pubertas Anak Laki-Laki dan Perempuan
- Kenakalan Remaja: Penyebab, Contoh & Cara Mengatasi
- Remaja: Pengertian, Ciri-Ciri & Tahap Perkembangan
- 7 Cara Benar Mendidik Anak Remaja yang Beranjak Dewasa
- Ajarkan Anak 12 Kemampuan Ini Sebelum Memasuki Usia Remaja!
- 14 Cara Membentuk Karakter Anak Remaja
Baca Juga: