Anak yang menangis hingga tantrum sering membuat orangtua panik dan kewalahan
untuk menenangkannya, perlu cara yang benar dalam menanganinya. Biasanya
anak-anak mulai tantrum atau suka mengamuk saat memasuki usia 3 tahun, ini
merupakan usia dimana anak rentan tantrum yang sulit dikendalikan.
Tantrum menjadi masalah serius karena kondisi anak yang kesulitan atau tidak
mampu mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata. Untuk menangani anak
tantrum, maka orangtua jangan terpancing emosi. Oleh karena hal ini pertama
yang perlu dilakukan adalah menenangkan diri sendiri dahulu, jangan panik saat
menghadapi anak tantrum yang menangis dan mengamuk.
Orangtua harus berusaha tenang, sikap tenang orang tua dapat berpindah
pada anak dan akan menenangkannya. Adapun jika orangtua panik maka dapat
memperparah keadaan anak. Dimana kondisi panik akan membuat orangtua rentan
emosi, yang nantinya memicu orangtua melakukan tindakan kasar kepada anak,
akibatnya anak menjadi tambah mengamuk.
Menenangkan anak juga bisa dilakukan dengan menggendong atau mendekap anak.
Hal ini akan membuat anak merasa aman dan disayangi. Bisa juga membawa anak ke
tempat lain, misalnya ruangan lain atau ruangan terbuka yang lebih tenang.
Tindakan ini diharapkan dapat membuat mood (suasana hati) anak berubah menjadi
lebih baik.
Tindakan lain yang bisa dilakukan adalah mengalihkan perhatian anak, misalnya
dengan memberikan mainan, makanan, mengajak anak melihat sesuatu yang menarik
dan lainnya. Sebisa mungkin orangtua jangan memarahi anak yang sedang tantrum
atau mengamuk, sehingga sebisa mungkin jangan terpancing.
Selain membuat anak bisa semakin mengamuk, memarahi anak juga dikhawatirkan
dapat membuat anak ketakutan, trauma dan berdampak buruk terhadap tumbuh
kembang anak.
Anda perlu sering-sering mengajak anak bicara, sangatlah penting kedekatan
batin antara orangtua dan anak, sehingga orangtua dapat mengetahui apa saja
hal-hal yang membuatnya anak menangis dan tantrum. Hal ini nantinya berguna
untuk memahami anak dengan lebih baik.
Sering-sering mengajak anak diskusi atau mengobrol sesuai dengan usia mereka,
mengenal anak dengan lebih dekat sehingga Anda dapat memperbaiki cara
penanganan anak saat bermasalah. Orangtua harus rutin mengobrol dengan anak
setiap hari, sehingga akan terbentuk perasaan saling memahami dan cinta antara
orangtua dan anak.
Menangis merupakan salah satu cara anak berkomunikasi, dimana anak
sedang mengharapkan perhatian dari orangtuanya, sekalipun anak tampak cuek
seolah-olah tidak butuh perhatian. Dengan begitu juga, sebuah kesalahan jika
memarahi anak saat ia sedang menangis, lambat laun seiring bertambahnya usia
anak, ia akan bisa belajar mengelola emosi dan cara berkomunikasinya.
Menangis bagi anak bisa menjadi ungkapan rasa marah, frustrasi, bingung,
cemas, takut atau bahkan bahagia. Oleh karena itu, menangis menjadi salah satu
cara anak belajar mengenal dan megelola emosinya.
Saat anak menangis, tidak perlu memintanya berhenti menangis. Anda mungkin
berpikir bahwa cara membuat anak menghentikan tangisannya adalah dengan
mengatakan “Jangan menangis”.
Sebenarnya cara itu kurang tepat, hal itu karena saat Anda mengatakan
“Jangan menangis”, itu membuat anak berpikir bahwa orangtuanya tidak
mengerti perasaannya, jadi akibatnya anak malah bisa semakin keras
menangisnya.
Seharusnya yang dilakukan orangtua adalah berempati terhadap anak, sehingga
anak berpikir bahwa orangtuanya peduli terhadap perasaannya. Dengan begitu,
memaksa anak berhenti menangis sama saja seperti mengatakan kepada anak bahwa
emosi atau apa yang dirasakannya tidak penting. Jangan sampai anak merasa
bahwa orangtuanya mengabaikan atau tidak peduli terhadap perasaannya.
Jangan terpancing emosi saat melihat anak menangis sehingga membentak anak
atau bahkan menyakiti fisik anak. Orangtua perlu mengetahui bahwa saat anak
menangis bahkan tantrum, ia sebenarnya sedang meluapkan perasaannya, biarkan
ia meluapkan perasannya hingga puas, jangan dihentikan secara paksa.
Saat anak menangis, anak belajar meregulasi emosi yang tepat dan mengenal
perasannya, anak nantinya akan belajar mengatasi emosi yang serupa dengan cara
lebih positif di masa depan.
Hindari memberikan label buruk terhadap anak, misalnya mengatakan cengeng
kepada anak. Daripada mengatakan yang tidak-tidak, lebih baik mencari tahu
alasan di balik tangisan anak karena anak menangis dan tantrum biasanya ada
yang mendasarinya. Coba mencari tahu apa keinginan anak dan bersabar dalam
menenangkan anak, hindari bereaksi berlebihan.
Ajarkan anak cara meluapkan emosi secara sehat dengan aktif melakukan
aktivitas seperti olahraga atau aktivitas yang melibatkan fisik. Hal ini
membuat energi dan emosi anak tersalurkan ke hal-hal yang positif, sehingga
dapat mengurangi munculnya tantrum anak. Terus cari tahu aktivitas apa yang
disukai anak untuk menyalurkan emosinya secara sehat.
Baca Juga: