14 Perbedaan Pola Asuh Anak Laki-Laki dan Perempuan

Orangtua harus mengetahui pola pengasuhan yang tepat antara anak laki-laki dan perempuan. Diperlukan sensitifitas orangtua untuk mengetahui pola asuh yang tepat.

Keluarga
Keluarga | Photo credit: 123rf.com | ximagination

Perbedaan Mengasuh Anak Laki-Laki dan Perempuan


Anak laki-laki dan perempuan berkembang dengan ada beberapa perbedaan, tapi setiap anak itu unik serta punya karakter dan sifat masing-masing.

Dengan begitu terdapat pola asuh bermacam-macam sesuai kondisi anak, demikian juga faktor gender sangat mempengaruhi. Berikut hal-hal yang harus diketahui:

1. Kemampuan Motorik Anak Laki-Laki dan Perempuan Berbeda

Keterampilan motorik kasar (seperti melompat, berlari, menjaga keseimbangan, dll) cenderung lebih cepat berkembang pada anak laki-laki. Adapun kelebihan anak perempuan ada pada kemampuan motorik halusnya seperti menulis, menjahit dan semacamnya.

Dengan perbedaan laki-laki dan perempuan ini, orangtua tidak perlu kaget lagi jika umumnya anak laki-laki lebih suka melakukan aktivitas seperti berlari dan aktvitas fisik lainnya dibandingkan anak perempuan.

Hanya saja, faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi. Misalnya anak perempuan yang dibesarkan di keluarga yang tinggi motivasi berolahraga, kemungkinan besar anak perempuan tersebut lebih suka melakukan aktivitas fisik (seperti berlari dll).

Demikian juga, anak laki-laki yang dibesarkan di keluarga yang suka memasak, menulis ataupun melukis, maka si anak akan cenderung seperti itu juga.

Jadi, lingkungan juga sangat mempengaruhi pilihan aktivitas atau hobi anak nantinya. Tugas orang tua adalah mencari tahu bakat anak, lalu mengembangkan-nya.

2. Mainan yang Disukai

Anak laki-laki umumnya lebih memilih permainan seperti mobil-mobilan, robot-robotan dan semacamnya. Adapun anak perempuan lebih memilih permainan seperti boneka-bonekaan, masak-masakan dan semacamnya.

Sebagai info, umumnya aktivitas anak laki-laki lebih menantang seperti memanjat pohon. Hanya saja faktor lingkungan juga mempengaruhi.


3. Perbedaan Kemampuan Verbal

Peneliti mengungkapkan bahwa anak laki-laki umumnya lebih lambat dalam belajar berbicara, adapun anak perempuan cenderung lebih cepat.

Jangan khawatir bagi Anda yang memiliki anak laki-laki, kemampuan berbicara anak laki-laki dapat meningkat secara signifikan, asalkan sering diajak mengobrol.

4. Pertumbuhan Tinggi Badan

Perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan, yaitu dari sejak bayi hingga masa remaja. Pertumbuhan tinggi anak perempuan terjadi lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Tapi nantinya pada tahap perkembangan remaja, pertumbuhan tinggi anak laki-laki akan melampaui tinggi anak perempuan.

5. Perkembangan Fisik

Pubertas pada anak perempuan (seperti menstruasi dan perubahan bentuk pay*d*ra) terjadi lebih cepat, adapun perubahan pada anak laki-laki seperti perubahan suara dan munculnya jakun agak terlambat 1-2 tahun setelahnya.

Orangtua bisa memberikan edukasi tentang pertumbuhan fisik ini saat anak memasuki masa pubertas. Sehingga anak merasa siap dan tidak kaget dengan perubahan yang terjadi. Beritahu anak bahwa dirinya tidak perlu takut atau cemas dengan perubahan fisik yang terjadi di masa pubertas.

6. Perbedaan Perilaku

Orangtua harus memahami perbedaan perilaku anak laki-laki dan perempuan. Sifat anak perempuan umumnya lebih lembut, adapun sifat anak laki-laki agak keras. Walaupun sifat anak laki-laki umumnya lebih keras, tapi jangan melarangnya menangis, biarkan anak laki-laki tetap mengekspresikan emosinya.

Demikian juga, jangan melarang anak perempuan bermain di luar rumah dan berlari, walaupun pada dasarnya anak perempuan cenderung lebih sering di rumah (dibandingkan anak laki-laki).

7. Perbedaan Kegemaran atau Minat

Anak laki-laki dan perempuan pada dasarnya memiliki kegemaran berbeda, biasanya anak lelaki lebih tertarik kegiatan bersifat fisik, adapun anak perempuan lebih menyukai bidang yang membutuhkan ketekunan.

8. Perbedaan dalam Mendengar

Anak laki-laki umumnya jauh lebih sulit diatur. Anak lelaki seperti enggan mendengarkan saat diberikan nasehat.

Peneliti menjelaskan pendengaran anak laki-laki tidak sebaik anak perempuan sejak lahir. Dimana pendengaran anak perempuan lebih sensitif, dan pusat-pusat verbal di dalam otaknya berkembang lebih cepat.

Hal inilah yang membuat anak perempuan dapat merespon lebih baik saat dinasehati ketimbang anak laki-laki. Ditambah lagi sifat anak laki-laki yang umumnya lebih keras.

9. Perbedaan Lainnya yang Perlu Dipahami
  • Sebelum remaja, umumnya anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, adapun anak perempuan lebih dekat dengan ayah. Tapi setelah remaja, kondisi bisa berubah.
  • Anak lelaki lebih agresif sehingga perlu lebih diawasi, tapi jangan sampai mengekang. Jika anak laki-laki terluka ringan saat berlarian maka itu risiko alami, orangtua hanya perlu mengarahkan anak agar berhati-hati serta memberitahu mana yang bahaya dan tidak.
  • Anak laki-laki lebih rentan terkena gangguan neuropsikiatrik saat di kandungan, sehingga lebih beresiko terkena gangguan tumbuh kembang seperti ADHD.

Perbedaan Pola Asuh Anak Laki-Laki dan Perempuan


Setiap anak itu unik, tapi terdapat beberapa perbedaan pola asuh antara anak laki-laki dan perempuan yang bisa diidentifikasi, berikut penjelasannya.

1. Dalam Hal Komunikasi Emosional

Anak perempuan cenderung lebih terdorong untuk menceritakan perasaannya, adapun anak laki-laki lebih suka mengekspresikan perasaannya melalui tindakan atau aktivitas fisik.

Pada anak perempuan, orangtua hendaknya sering-sering mengobrol tentang perasaan si Anak Perempuan.

Adapun pada anak laki-laki, orangtua tampaknya perlu menyediakan ruang bagi anak laki-laki untuk mengekpresikan emosi dan energinya. Inilah penyebab anak laki-laki lebih suka melakukan aktivitas fisik seperti memanjat dll.

2. Dalam Hal Pertumbuhan Fisik

Orangtua harus mengetahui bahwa pola asuh anak laki-laki seharusnya lebih berfokus pada perkembangan kekuatan fisik. Adapun pola asuh pada anak perempuan menekankan pada perawatan tubuh.

3. Dalam hal Pendidikan Seksual

Berikan anak tentang wawasan pendidikan seksual, pembahasan akan disesuaikan dengan jenis kelamin anak. Pada anak perempuan, orangtua bisa memberitahu anak perihal menstruasi dan pertumbuhan pay*d*ra.

Adapun pada anak laki-laki, orangtua bisa memberitahu perihal perubahan bentuk tubuh, mimpi basah, perubahan suara dll.

4. Dalam hal Pertemanan

Anak laki-laki umumnya suka berteman atau berkumpul dalam kelompok besar (misal berkumpul dengan 5 bahkan 8 orang), adapun pertemanan anak perempuan umumnya dalam kelompok kecil (misal 3 orang) tapi dengan hubungan yang lebih mendalam.

Pada anak perempuan, orangtua bisa mengajarkan anak caranya membangun hubungan pertemanan yang sehat dan mendalam, sehingga ditekankan mengajarkan anak perempuan kemampuan berempati dan berbagi perasaan. 

Pada anak laki-laki, orangtua perlu mengajarkan caranya bergaul dalam kelompok, sehingga ditekankan mengajarkan anak laki-laki keterampilan sosial seperti skill team work, keterampilan memotivasi banyak orang dll.

5. Dalam hal Tanggung Jawab Sosial

Anak perempuan biasanya punya kemampuan lebih peka dalam membaca perasaan orang lain, sehingga peran orangtua mengasah dan mengoptimalkan kelebihan anak perempuan ini.

Adapun pada anak laki-laki, orangtua perlu menanamkan dalam diri anak laki-laki berupa nilai keadilan dan suka melindungi yang lemah.

6. Dalam Hal Mengambil Risiko

Anak laki-laki biasanya lebih berani dalam mengambil risiko, termasuk lebih berani dalam mencoba hal-hal yang menantang bahkan membahayakan.

Adapun anak perempuan biasanya kurang berani mengambil risiko, walau begitu anak perempuan punya sifat terbiasa berhati-hati dan terbiasa memikirkan konsenkuensi dari tindakan yang dilakukan.

Pada anak laki-laki, peran orangtua sangat penting untuk mengedukasi anak tentang konsekuensi dari tindakannya, latih anak untuk bisa melakukan perhitungan matang sebelum mengambil risiko.

Pada anak perempuan, jangan suka menyalahkan tatkala dia salah dalam bertindak dan mengambil keputusan, sebab bisa menjadikan anak perempuan kehilangan keberanian dalam mengambil risiko serta dia bakal tumbuh dengan perasaan takut terhadap tantangan dan tidak percaya diri.

7. Dalam hal Gaya Belajar

Anak perempuan biasanya punya kemampuan lebih baik dalam kegiatan belajar yang melibatkan komunikasi verbal dan kegiatan kreatif. Adapun anak laki-laki lebih cocok dengan pembelajaran yang melibatkan fisik, permainan dan pemecahan masalah.

Ajarkan anak perempuan mengeluarkan pendapat mengenai materi pembelajaran, khususnya materi yang berkaitan erat dengan aspek verbal dan kreatif. Adapun anak laki-laki biasanya lebih cocok opsi belajar dengan cara interaksi, serta yang melibatkan gerakan fisik dan berbentuk permainan.

8. Dalam hal Tugas Rumah

Ajarkan anak perempuan yang biasanya cenderung pada tugas rumah seperti menyapu, memasak dan mengasuh adik. Adapun anak laki-laki lebih berfokus pada tugas rumah yang melibatkan banyak fisik.

Secara umum berbagai tugas rumah adalah tanggung jawab bersama, hanya saja anak perempuan berfokus pada tugas yang minim aktivitas fisik, adapun anak laki-laki berfokus pada tugas yang banyak melibatkan fisik seperti mengangkat, memindahkan benda berat (seperti sofa dsb).

9. Dalam hal Norma Sosial

Anak perempuan biasanya bisa mengikuti norma-norma sosial dengan lebih baik, adapun anak laki-laki biasanya punya rasa penasaran tinggi sehingga tak jarang menabrak normal sosial.

Dengan demikian, anak perempuan umumnya tidak memiliki masalah dalam mematuhi etika dan norma sosial.

Adapun anak laki-laki perlu sering diedukasi tentang konsekuensi melanggar norma sosial yang berdampak buruk pada hubungan sosial, ajarkan batas-batas yang tidak boleh dilanggar.

10. Dalam hal Gaya Pengasuhan

Pada anak perempuan, pola asuh yang biasanya cocok yaitu kombinasi antara kelembutan dan menetapkan aturan yang jelas.

Pada anak laki-laki, pola asuh biasanya lebih tegas tapi tidak terlalu banyak aturan, sehingga anak laki-laki cenderung lebih bebas dalam kesempatan mengambil inisiatif.

11. Dalam Hal Citra Diri

Anak perempuan biasanya sering menghadapi persoalan citra tubuh dan kecantikan. Adapun anak laki-laki lebih berfokus pada kekuatan fisik dan kemampuan atletik.

Pada anak perempuan, perlu diajarkan tentang cara merawat diri sehingga bisa survive saat tekanan di masa remaja dan dewasanya, selain itu penting juga membangun rasa percaya dirinya melalui jalur non-penampilan (misal ajarkan skill desain grafis, permainan olahraga dll). 

Pada anak laki-laki, sangat ditekankan untuk mendorong anak laki-laki melakukan aktivitas fisik (olahraga) sehingga fisiknya kuat. Kekuatan fisik diperlukan anak laki-laki agar bisa survive di masa remaja dan dewasanya.

12. Mengatasi Konflik

Anak perempuan biasanya menghadapi konflik dengan melakukan adu mulut, adapun anak laki-laki menyelesaikan konflik cenderung dengan cara baku hantam.

Pada anak perempuan, orangtua perlu mengajarkan anak strategi penyelesaian konflik dengan melibatkan cara berkomunikasi dan pemahaman, serta bangun rasa empati anak.

Pada anak laki-laki, Orangtua perlu mengarahkan anak agar menyelesaikan konflik secara sehat, dorong anak untuk mengutamakan cara negoisasi dalam mengatasi konflik, dan selalu ingatkan anak untuk sebisa mungkin menghindari cara-cara fisik atau kekerasan.

13. Dalam hal Komunikasi

Sebenarnya hampir sama saja, baik anak laki-laki maupun anak perempuan harus diberikan ruang untuk berpendapat dan mengekspresikan perasaan.

Komunikasi anak perempuan biasanya lebih menekankan ekspresi wajah, adapun komunikasi anak laki-laki lebih menekankan bahasa tubuh.

Anak perempuan cenderung lebih suka mencurahkan perasaannya, adapun anak laki-laki cenderung lebih suka berpendapat terhadap suatu hal.

Pada anak perempuan, peran orangtua adalah memberikan anak perempuan wadah untuk mencurahkan perasaan dan menghargai isi hatinya.

Pada anak laki-laki, peran orangtua yaitu pastikan anak memperoleh ruang untuk berpendapat, lalu hargai pendapatnya. Biasanya anak laki-laki wataknya lebih keras sehingga sangat marah jika pendapatnya tidak dihargai.

14. Dalam Hal Pengembangan Emosi

Pada anak perempuan, peran orangtua adalah berfokus pada skill sosial seperti mengembangkan rasa empati, sehingga jangan larang anak perempuan untuk berbicara tentang perasaan dirinya.

Pada anak laki-laki, peran orangtua sangat penting untuk mengedukasi anak tentang cara mengelola emosi yang sehat, agar mencegah anak laki-laki selalu merespon perselisihan dengan cara baku hantam.

Anak laki-laki biasanya punya energi besar, sehingga pastikan anak laki-laki mengeluarkan emosi dan energinya yang besar dengan cara positif, misalnya bermain olahraga sepakbola dll.

Penutup: Dalam menyikapi perbedaan ini, orangtua jangan terlalu terjebak dengan stereotip jenis kelamin, sebab setiap anak itu unik (baik laki-laki maupun perempuan). Bentuk pola asuh hendaknya mengutamakan faktor kebutuhan individu anak, tanpa terpaku perbedaan jenis kelamin.

Sebagai contoh, hobi bakat memasak kebanyakan dimiliki anak perempuan, tapi jika ada anak laki-laki yang hobi memasak maka asah terus bakatnya tersebut.




Baca Juga: