8 Tips Berbagi Tugas Mengasuh Anak dengan Suami

Orangtua dan Anak
Orangtua dan Anak | Photo credit: Shutterstock.com

Merawat anak bukanlah tanggung jawab istri semata, seorang suami juga harus berperan aktif dalam mendidik anak.

Seorang ayah memang punya kewajiban besar untuk mencari rezeki di luar guna menafkahi keluarga, tapi bukan berarti seorang ayah lepas tangan dalam turun langsung merawat anak-anak.

Sebuah kesalahan jika proses perawatan anak hanya dibebankan kepada Ibu, ayah juga punya kewajiban untuk merawat dan berinteraksi dengan anak.

Ayah dan Ibu harus mampu berkoloborasi dengan baik, disamping juga harus menyamakan visi. Perbedaan dalam bentuk pola asuh antara Ayah dan Ibu akan berdampak sangat buruk dan membingungkan anak nantinya. Langsung saja, berikut tips bekerja sama dan berbagi tugas dalam mengasuh anak.

Tips Berbagi Peran Mengasuh Anak


1. Saling Percaya

Hal pertama yang paling penting adalah saling percaya antara suami-istri. Ini menjadi pondasi awal dalam usaha mendidik anak.

Ketidakpercayaan bisa menjadi masalah besar, dimana istri menilai suaminya tidak mampu merawat anak, atau suami menilai istrinya tidak becus merawat anak.

Kedua pihak harus berkomitmen untuk saling percaya, serta saling menutupi kekurangan masing-masing. Hindari mencela pasangan dengan perkataan seperti: “Kamu tidak mampu mengurus anak”.

2. Atur Pembagian Tugas

Buatlah daftar pembagian tugas yang jelas antara suami-istri. Contohnya: saat pagi hari dimana anak-anak akan pergi ke sekolah dan ayah akan pergi bekerja.

Maka bagilah tugas antara suami dan istri. Tugas Istri yaitu memasak, menyediakan alat makan, hingga membangunkan suami.

Adapun tugas suami yaitu membangunkan anak-anak, menyuruh anak mandi, menyiapkan alat-alat sekolah anak, setelah semuanya selesai barulah sang suami mempersiapkan diri berangkat ke kantor.

Dengan pembagian tugas ini akan meringankan beban istri. Contoh lainnya yaitu berbagi tugas saat di dapur, misalnya:
  • Istri bertugas memasak nasi dan lauk pauk.
  • Adapun suami bertugas mencuci piring, mempersiapkan alat makan, dan memanggil anak-anak untuk makan.

Tugas-tugas lainnya seperti menyapu, mengepel, menemani anak belajar, membacakan cerita untuk anak, bermain dan mengobrol dengan anak, hingga belanja ke warung. Silahkan bagi tugas masing-masing.


3. Bangun Komunikasi Sehat

Pastikan komunikasi berjalan dengan baik agar proses pengasuhan anak berjalan dengan lancar. Menjaga komunikasi serta perilaku jujur dan terbuka adalah kunci utama keharmonisan rumah tangga.

Hal yang amat ditekankan yakni saling menghargai antara suami dan istri, berilah pujian atas usaha pasangan dalam menjalani tugasnya. Pokoknya bangunlah komunikasi sehat di keluarga, jadikan rumah terasa adem, damai dan tentram, serta hindari perkataan kasar dan bernada tinggi di dalam rumah.

4. Rutin Diskusi Mengenai Keseharian Anak

Siapkan waktu berdiskusi tentang perkembangan dan kondisi anak. Siapkan waktu walau hanya 15 menit, tapi dilakukan setiap hari. Hal ini biasanya dilakukan menjelang waktu tidur.

Sebagai orang tua yang baik, juga tentunya harus bekerja sama dan berfikir mempersiapkan rencana untuk masa depan anak. Sediakan segala bekal penting untuk anak agar saat dewasanya bisa sukses.

5. Pahami Pentingnya Ayah-Ibu Aktif

Secara umum Ayah berperan mengajarkan sikap tegas dan keberanian kepada anaknya, adapun Ibu lebih berperan dalam mengajarkan sifat kasih sayang.

Walau begitu, suami-istri tetap bekerja sama dalam mengajarkan sifat berani, tanggung jawab, kejujuran, kelembutan, kasih sayang, dll. Suami-istri bekerja sama dalam memberikan arahan dan nasehat berkualitas untuk anak.

6. Selaraskan Visi

Hindari sebisa mungkin pertentangan dalam mendidik anak. Contoh kesalahan yang sering terjadi: anak berkata-kata kasar lalu si Ibu memberikan hukuman, tapi si Ayah mencegahnya (tidak menghukum anak), dan si anak menyaksikan hal ini.

Kondisi seperti ini bakal membuat anak bingung melihat orangtuanya tidak kompak, jika orangtua tidak kompak (sering berselisih) biasanya Si Anak bakal kehilangan teladan dan hilang respek pada orangtuanya, dan nantinya Si Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberontak dan berani melawan orangtua.

Hendaknya ayah dan Ibu selalu kompak dan menghindari pertentangan. Jika-pun berselisih dan berdebat, maka jangan diperlihatkan di depan anak-anak. Berdebat di depan anak-anak sangatlah buruk.

Jika ada perbedaan pola asuh antara suami-istri, maka sediakan waktu untuk mengadakan diskusi tentang metode pola asuh anak. Setelah ditemukan kata sepakat, baru diterapkan ke anak.

Jangan pernah mengkritik pasangan di depan anak-anak. Pastikan anak merasakan suasana keluarga yang harmonis.



7. Beri Tahu Kebutuhan pada Pasangan

Misalnya, Anda sangat ingin punya durasi 'me time' yang cukup, maka bilang hal ini kepada pasangan Anda. Dengan mengutarakan kebutuhan dan harapan masing-masing, maka proses berbagi tugas mengasuh anak bisa berjalan baik dan dipenuhi rasa tulus.

Jangan sampai Anda mengurus anak dengan perasaan negatif (seperti ngedumel dll), jauh lebih baik Anda mengutarakan harapan dan kebutuhan pada pasangan.

Demikian juga sebaliknya, Anda perlu memaklumi kebutuhan pasangan. Yang penting adalah kedua pihak merasa ridho dengan porsi pembagian tugas dalam mengurus anak dan rumah.

8. Segala Sesuatu Butuh Proses

Jika pasangan Anda sebelumnya gak pernah terlibat dalam merawat anak, maka berikan waktu bagi pasangan Anda untuk mulai terbiasa mengurus anak.

Hindari sikap terburu-buru terhadap pasangan karena dampaknya bakal chaos. Berikan dia waktu dan pemakluman agar bisa sesuai harapan.

Anda bisa mengajarkan pasangan secara perlahan tentang cara yang benar dan efektif pada proses pengasuhan anak.

Selain itu berikan rasa percaya pada pasangan, walaupun dia tampak punya bentuk pengasuhan berbeda, hindari berdebat mengenai hal yang tidak esensial.




Baca Juga: